Bunda Nayya sedang sibuk mengurus berbagai makanan yang ia buat sebagai menu sarapan pagi ini. Putrinya sibuk di dalam kamar, menatap pantulan diri dalam cermin sambil mengaplikasikan beberapa make up ringan. Bersiap menuju sekolah dan memulai pembelajaran dengan berat hati. Wajar saja, seorang Nayyara giat belajar? Mustahil ferguso.
"Dandannya udahan, Nayya. Ayo, turun. Kita sarapan. Ajak Melody sekalian, ya?" ujar wanita berusia hampir paruh baya. Nayya yang sangat mencintai bundanya itu segera mengalihkan perhatian dan mengangguk patuh.
"Iya, bunda. Nanti Nayya turun bareng Melody." mengerti, bundanya itu kembali melangkahkan kaki. Sekedar informasi, semalam selepas Melody terlelap, Nayya meminta izin pada bundanya agar Melody diperbolehkan untuk menginap sampai beberapa hari kedepan. Dia tidak menceritakan pengalaman pahit gadis itu karena khawatir mulut bundanya akan bocor.
Decitan engsel pintu terdengar memenuhi ruangan ketika gadis berambut pendek itu selesai dengan ritual paginya. Mendekati Nayya lalu memasang wajah memelas.
"Nay, gue gak sekolah dulu, ya? Males ntar ketemu sama Momo disana."
"Ck. Lo napa bilang sama gue? Gue bukan emak lo, pinter."
"Oke deh, Nek," balas Melody lalu hendak melangkah keluar kamar. Selain gila, Melody juga tidak tahu malu. Dia turun lalu menghampiri bunda Nayya dan dengan segera menempati kursi samping wanita itu.
"Geblek. Serasa di rumah sendiri kali, ya," gumam Nayya menggerutu. Karena tidak ingin terjebak akan ocehan guru penjaga gerbang sekolah, Nayya mengikuti langkah Melody. Ia mengecup pipi bundanya sekilas yang mana membuat Melody mencebikkan bibir.
"Yang ini gak dicium, Nay?" melas Melody menunjuk-nunjuk pipi kirinya.
Nayya tersenyum kecil, mendudukan pantatnya pada kursi depan Melody, lalu berkata, "Najis mugoladoh!"
Ingin berkata kasar, namun kehadiran bunda Nayya yang baiknya hampir menyamai Emily membuat mulut nakal Melody tertahan. Dia hanya bisa mengucap sumpah serapah dalam hatinya. Atau sekedar memelotot ketika sahabatnya itu malah memasang tampang menjengkelkan.
Cup
"Eh? Hehe makasih bunda." Melody cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sementara Nayya, dia semakin semangat untuk mengusili ketentraman hidup seorang Melody Pierson. Ya elah sekali-kali dunia berputar, kan? Biar Melody tahu bagaimana menyebalkannya tingkah ia sehari-hari.
"Bunda bunda cepet basuh bibir bunda pakai tanah tujuh kali. Habis itu pakai air, rinso, daia, sama downie. Biar suci kembali bunda," rusuh Nayya lalu tak lama ia tertawa seorang diri. Melody yang merasa ini tidak dapat ditolerir pun akhirnya melemparkan sosis goreng ke arah Nayya.
Fush
Tepat mengenai hidungnya.
"AHAHAHAHA MAMPUS MAMAM DEH TUH SOSIS GORENG. AHAHAHAHA."
"Anj—"
"Nayya!" tegur bundanya mendahului. Wanita itu tidak menyukai jika anak gadisnya berbicara kasar.
Nayya kelabakan, mencoba mencari kata yang serupa namun tak sama. "A-Anji tuh yang nyanyi oh Tuhan kucinta dia, kan? Ah, iya bener, hahaha ... Bunda, Nayya pergi dulu, ya? Bye, bunda."
Gadis itu segera melesat menjauhi bundanya. Berjalan mundur supaya bisa memelototkan mata pada Melody. "Awas lo ajig! Gue usir—"
"Nay!"
"I-iya bunda. Ini berangkat. Assalamualaikum!" salamnya setengah berteriak. Takut diamuk massa, Nayya berlari sampai halaman depan dan menunggu sang kekasih menjemputnya sampai beberapa menit. Sosis yang tadi menempel di hidungnya akhirnya ia santap dengan lahap. Nyam ... enak. Ada semacam rasa foundation dan sedikit pelembab dicampur polesan bedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...