28 | Don't Give Up!

322 84 3
                                    

Obat dari lelah adalah istirahat. Pelampiasan dari keputusasaan adalah menyerah seperti pengecut.

You and I
- One Direction -

***

Waktu terus berlalu membuat kisah ini juga terus berlanjut. Tanpa terasa sudah dua bulan salah satu bagian dari mereka terbujur kaku bak mayat korban kekerasan. Melody rupanya masih enggan untuk bangun dan kembali mewarnai kehidupan.

Akhir pekan ini, Timothy malah bermalas-malasan. Ia memanjakan diri dibalik selimut tebal yang membuat tubuhnya menghangat. Timothy tidak peduli lagi dengan nasib Melody di rumah sakit. Ia lelah terus-menerus berharap sementara yang bersangkutan pula tidak memberikan tanda-tanda kehidupan. Buat apa? Kalau Melody mau pergi, ya, silahkan.

"Apaan sih lo? Baru juga dua bulan udah mau nyerah lagi!" kesekian kalinya Ficka menghardik lelaki itu. Balasan yang ia dapat masih sama.

"Bilangin gih sama sahabat lo. Gue udah gak peduli lagi. Dia mau mati, kan? Mati aja sana jangan dipersulit!"

"Bangun gak lo?! Cepat mandi, jenguk si Melo sekarang juga!!" bentak Ficka. Ia benar-benar emosi tatkala dengan santainya Timothy kembali menutup diri menggunakan selimut. Ah, Ficka jadi berambisi untuk membumihanguskan seisi rumah ini.

"Oke. Gue harap lo gak akan pernah menyesal kalau sampai Melody benar-benar pergi untuk selamanya. Dia juga ada capeknya sendiri terus-menerus berjuang buat hidup mengandalkan 15% itu," ketus Ficka.

Pintu yang ditutup dari luar membuat Timothy segera menyingkap selimutnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Membuka fitur galeri dan menuju salah satu foto yang ia potret diam-diam. Timothy meringkuk seraya memeluk erat ponselnya yang masih menampilkan foto cantik sang adik.

Melody dengan segala sifatnya membuat Timothy harus menyimpan rindu yang teramat sangat saat gadis itu terbaring koma. Timothy hanya lelah, tidak lebih.

***

Gadis kecil yang berlarian kesana-kemari mengejar seekor kelinci berbulu putih nan halus itu terus menjadi pusat perhatian baginya. Gadis itu imut sekali. Wajahnya cantik, kulitnya putih, dan senyumannya itu ... Ah, memabukkan.

Dari tempatnya berdiri, Timothy memperhatikan lukisan apa yang sekiranya dapat diukir oleh tangan-tangan mungil itu. Telinganya mendengar dengan jelas ia berbicara pada sang kelinci.

"Ini mami, ini papi, ini Melo, ini ... Momo!" tunjuk Melody kecil merasa puas dengan hasil gambarnya. Saat itu juga Timothy tersanjung. Ternyata benar, gadis itu adiknya sendiri. Tapi kenapa Melody masih kecil sementara ia sudah dewasa?

"Melody!" panggil Timothy tanpa keraguan sedikit pun. Si empunya menolehkan kepala lalu berlari dengan riang menghampiri orang yang memanggilnya.

"Momo!!"

Hap

Begitu mudah bagi Timothy untuk mendekap sang gadis. Lelaki itu tersenyum cerah. Senyuman yang selama dua bulan lamanya tak tampak menyertai. Kini hadir kembali.

"Momo kangen sama Melody," bisik Timothy.

"Melo juga kangen cama Momo."

"Melody kenapa masih kecil? Momo udah gede lho." Timothy melepaskan pelukan rindu mereka dan beralih memegang kedua bahu mungil sang adik. Senyuman itu semakin menambah kadar kecantikan Melody kecil.

"Coalnya Melody mau pelgi," cetus Melody. Tentu saja Timothy tidak terima.

"Pergi kemana? Sama siapa? Kenapa pergi? Momo baru ketemu sama Melody. Emangnya Melody gak kangen sama Momo? Melody bisa hidup tanpa Momo? Melody yakin gak akan takut kalau sendirian?" tanya Timothy bertubi-tubi.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang