Urat malu gue udah putus, lo bisa apa?
***
Pusat perbelanjaan pagi ini tampak ramai. Sepasang kekasih terus membawa langkah kakinya menuju salah satu bioskop yang ada disini. Mereka telah berencana akan menghabiskan hari cuti bersama. Hanya satu hari, dan itu wajib hukumnya untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
"Nonton itu!" tunjuk Melody tepat membidik judul film yang ia maksud.
Bulan Madu Berjamaah di Gurun Sahara
"Enggak!" bantah Timothy. Ayolah, film itu sangat tidak cocok untuk mereka tonton. Sudah jelas disana tertulis angka 21++ dan Melody masih berusia 17, tapi ah, gadis itu sangat tidak sinkron. Tubuhnya ukuran anak tujuh tahun, otaknya liar seperti orang dewasa, padahal usia sesungguhnya anak SMA tahun kedua. Benar-benar gadis yang random.
Timothy menekukkan kaki, kedua tangannya sudah jahil memainkan pipi tembam Melody. "Not for children," ujarnya lalu tersenyum puas.
Tanpa mempedulikan gadis itu lagi, Timothy berjalan mengantre di loket tiket. Petugas yang saat itu berjaga memberikan pilihan film yang dapat mereka tonton. Karena otak jahil Timothy sedang bekerja, jadi ia memilih ....
Patrick Star Pindah Ke Pluto
"Anjir, serasa nonton kontennya miawaug," celetuk Melody begitu melihat tiket yang ada di tangannya. Sial! Tadinya Timothy mau memilih kursi pojokan tapi tidak bisa karena kursi itu sudah ada yang booking. Huuffttt alhasil kini mereka harus duduk di tengah. Menyebalkan, padahal kan, tadinya ia mau mesra-mesraan juga dengan Melody.
"Gini-gini juga si Patrick tuh kembaran lo! Sama-sama bodoh, gila, miris, dahlah anjing pokoknya mirip."
"Nyenyenye gue cantik gue diam," putus Melody kemudian ia mengaktifkan mode sok serius. Timothy hanya bisa terkikik kecil menghadapi tingkah sang kekasih.
Innalillahi wa innailahi rojiun. Lampu studio mati secara mendadak karena tidak enak hati pada film yang akan mereka saksikan. Astagfirullah, malang sekali nasib lampu itu.
"JADI INI KEMBARAN GUE??" heboh Melody. Timothy yang duduk di sebelahnya dengan segera menutup mulut Melody menggunakan tangan yang ia punya. Lalu laki-laki itu mengukir senyuman kikuk, sebagai sinyal bahwa ia secara tidak langsung tengah memohon maaf.
"Jangan berisik dong mbak!" tegur salah satu pengunjung dengan ketus. Lagi-lagi Timothy menyunggingkan senyumannya.
"Maaf, adik saya dari kampung. Belum terbiasa dibawa nonton bioskop."
'Sialan lo ganteng!' umpat Melody dalam hati. What the hell?! Sudah dianggap adik, dikata dari kampung pula! Kurang asem memang ahlaqnya.
Satu menit kemudian Timothy menatap nyalang pada Melody. Manik hijaunya hampir saja terjun payung dengan bebas tanpa beban. Ia menjauhkan tangannya dari mulut gadis itu, lalu mengelapkan pada celana jeans yang Melody pakai. Jijik, men!
"Mulut lo bau ajab!" cerca Timothy membisik. Melody mendengus lalu tanpa aba-aba ia kembali bersuara.
"YA, TAPI ITU KEMBARAN GUE!!"
Timothy terkesiap, astaga bagaimana bisa kekasihnya ini berteriak di dalam bioskop?! Taruhan, pengunjung lainnya pasti sudah mengucap sumpah serapah untuk kedua kalinya. Aish, Melody ini memangnya tidak pernah berkunjung ke bioskop apa?! Kampungannya sampai DNA.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...