9 | Prepare

562 169 42
                                    

Terik matahari membakar kulit siapa saja yang berada di bawahnya. Bel pertanda berakhirnya jam belajar telah berbunyi sekitar dua menit yang lalu. Lapangan utama dengan atap terbuka ini mengundang dosa bagi siswa-siswi yang terus saja mengumpat. Panas, seperti dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Sepasang tangan kokoh menghalangi sinar matahari untuk melindungi sang gadis. Ia rela jika kulitnya harus terbakar hangus asalkan gadis yang ia sayang bisa diam tanpa rasa terganggu sedikit pun. Tapi percayalah, aksinya itu malah mengundang perhatian lebih untuk gadis lainnya. Iri bos.

Melody yang mungil terpaksa harus berbaris diurutan pertama. Sementara Timothy yang menjulang tinggi, memaksakan diri untuk mengikuti sang gadis. Berdiri di barisan depan dan membuat teman-teman di belakangnya mendengus. Guru yang berbicara hampir terhalangi oleh Timothy seorang.

"Sampai kalian tidak diam, saya tidak akan memulai berbicara," ancam guru kesiswaan, siapa lagi jika bukan Pak Ringgo?

"Ayo ngobrol aja terus, sampai kalian jadi abu gosong terus bisa saya pakai buat cuci piring," sambung Pak Ringgo membuat suasana seketika senyap.

"Ngelawak ih, Pak Gogo-blok, gemes," celetuk Melody kencang. Huh, dasar si perusuh, pembawa onar, pembawa pasukan. Pak Ringgo mengatur emosi yang akan segera memuncak.

"Diam ya, kamu Melody. Jangan solimi, mau saya sentil jantungnya?" sindir Pak Ringgo. Melody merekahkan senyuman, woah, ia semakin semangat untuk menggoda guru itu.

"Bapak mau saya tendang anunya kayak Timothy? Siapa tau ujung-ujungnya bakal kepincut juga. Hahaha," tawa Melody merasa puas. Dalam sekali beraksi, ia mampu membuat malu dua laki-laki sekaligus. Haha menyenangkan melihat guru serta kekasihnya itu memasang wajah tak sedap dipandang.

"Anjir lo Mel," kekeh Nayya ditimpal Ficka.

"Geblek emang mahluk satu ini."

"Perlu dimusnahin," tambah Rayhan angkat suara.

Bukan hanya mereka yang merasa gatal untuk tidak berbincang, tampaknya seluruh siswa-siswi yang berkumpul sudah tidak kuasa menahan mulutnya lagi. Mereka mengomentari cuitan Melody.

"KALIAN GAK MAU PULANG?!" amuk Pak Ringgo. Perut buncitnya sedikit bergoyang. Dan sialnya si gila melihat pemandangan itu. Ia kembali angkat suara.

"Goyang terus sampai mampus," ujarnya sembari menggoyangkan badan. Timothy yang berbaris tepat di sampingnya hanya bisa menepuk jidat meratapi kekonyolan sang gadis. Ini nih risiko jadi orang tamvan yang terpikat pada gadis gila.

"Mel, kenapa sih lo? Anjir ngakak."

"Humor gue sebatas goyang anjim."

"Bisa diam gak sih?! Makin lama pulang kalo kayak gini!" tegur salah satu anggota OSIS yang tidak Melody kenal. Si gila memeletkan lidahnya, memberi ejekan pada anggota OSIS itu.

"Melody, sekali lagi kamu angkat suara, saya bakal kirim santet Ki Joko Bodo buat kamu!" ancam Pak Ringgo. Melody hendak kembali angkat suara, namun dengan cepat Timothy membekap mulut gadis itu. 

"Oke anak-anak, seperti yang kita ketahui, di bangunan sekolah ini terdapat satu mahluk pengganggu yang usilnya melebihi alien sekalipun. Maaf atas kekacauan yang terjadi," ujar Pak Ringgo memulai apa yang ingin disampaikan. Manik hitamnya membidik Melody disana. "Tanpa membuang-buang banyak waktu lagi, saya akan segera mulai. Sebelumnya saya ucapkan selamat siang untuk kita semua."

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang