3 | Nayya Diganggu 'Setan'

1.4K 257 110
                                    

"KYAAA!! HUWAAA PANTAT SEKSIH GUE!!"

Aarrgghhh suara bising itu! Hampir saja membuat gendang telinga pecah. Untung juga kaca-kaca jendela sekolah tidak sampai hancur lebur. Bayangkan jika itu terjadi, berapa kerugian yang ditanggung Melody?!

Yup. Gadis itu terjatuh dari gendongannya. Tidak sengaja, karena adanya sedikit perselisihan antara dua kubu. Timothy v.s. Daffi. Kedua laki-laki itu berebut siapa yang akan mengantarkan Melody pulang. Sangat kekanak-kanakan.

"Gue yang tanggung jawab penuh," tekan Daffi tanpa penolakan. Timothy membuang nafasnya kasar. Sungguh, ia tidak menyukai hal macam ini terjadi. Sudah berniat mengantarkan Melody pulang secara cuma-cuma, eh malah tidak jadi. Huuffttt menjengkelkan.

Melody menerima uluran tangan Daffi dan segera bangkit dari posisinya. Gadis itu mengaduh kesakitan. Satu tangan yang tersisa memegang pantatnya yang masih terasa sakit.

"Gendong," rengeknya mirip dengan anak kecil.

"Depan belakang?"

"Belakang," jawab Melody cepat. Daffi mengangguk sekilas lantas membungkuk sambil membelakangi gadis itu.

Saat dimana Melody menaiki punggung sahabatnya, saat itu pula Timothy mendengus geram. Sial! Sepasang kekasih ini tak ada habis-habisnya membuat ia kebakaran jenggot! Dari pagi sampai sekarang akan pulang. Astaga hatinya bergejolak murka!

Eh, tunggu! Kekasih? Daffi hanya terlibat sebuah tugas saja dengan gadis gila itu. Yaa, walaupun tak dapat dipungkiri sesekali lelaki itu mengatasnamakan perasaan atas yang ia lakukan pada Melody.

Timothy mengepalkan kedua tangannya geram. Lelaki itu bahkan menggertakkan gigi-giginya. Cih! Kenapa ia harus seperti ini?! Seharusnya tidak apa jika Melody akan pulang atau jalan bersama siapapun. Melody harus tetap menjadi musuhnya. Ia harus tetap menganggap Melody adalah benalu yang menjadi parasit pada inangnya. Jangan pernah berubah.

"Daffi jadi kan, traktirannya?" tanya Melody memastikan. Daffi terkekeh sebelum akhirnya menganggukkan kepala. "Oke. Awas aja kalo bohong! Gue gigit junior lo!"

"Dih anjir! Lo ngancem kayak bukan cewek, Mel. Serem gue," Daffi bergidik ngeri membayangkannya. Jika diingat-ingat lagi, Melody ini gadis gila yang rakus. Terhadap apapun, terkecuali belajar. Tidak bisa dibiarkan jika ancamannya itu menjadi kenyataan. Huh apa kabar dengan masa depan?

"Hahaha," tawanya terdengar menyeramkan. "Eh, lo punya mobil?"

"Punyalah. Ngeremehin lo?"

Melody mengangguk gemas. "Iya. Aneh aja gelandangan kayak lo bisa kebeli mobil segala. Pasti supaya nanti kalau mau ngemis lo gak perlu susah-payah jalan, kan? Terus kalo dikejar Satpol PP lo gak perlu lari-lari. Tinggal naik mobil sambil ngetawain temen-temen lo, hahaha rasain lo kagak punya mobil! Gitu kan?"

"Nye nye nye. Imajinasi yang bagus."

"Oh, makasih buat pujiannya."

Dih gila! Sudah disindir seperti itu, ia malah tersanjung. Sesekali kalian harus meragukan status kemanusiaan Melody. Bukan apa-apa, khawatir saja jika gadis gila itu titisan alien papan bawah.

***

Bola mata laki-laki itu terus mengikuti pergerakannya. Dari kejauhan, ia membidik sempurna seorang gadis yang sedari tadi terus membawa langkah kakinya di tengah-tengah kegelapan malam yang sunyi.

Oh tidak! Gadis itu tidak sendiri. Tampak beberapa meter darinya, seseorang berjalan dengan sempoyongan. Berkali-kali, orang itu mengganggu si gadis, membuatnya ketakutan saat mencium aroma alkohol yang menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang