41 | Kabur

252 51 4
                                    

Selepas kejadian panas itu, suasana diantara mereka tampaknya tidak baik-baik saja. Melody tidak lagi menampilkan batang hidungnya tak peduli walau tangan Timothy potong karena terus mengetuk pintu kamarnya. Padahal niatnya lelaki itu hanya ingin mengajaknya makan malam. Mengingat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh.

Timothy mondar-mandir di hadapan pintu putih ini. Dia seperti setrika gugup, menggigit kuku jemarinya sambil sesekali menempelkan telinga pada kayu menjulang itu. Senyap, seperti tak berpenghuni.

Tok tok tok ....

Timothy menempelkan daun telinganya. "Mel, i-ini ... Anu ... Itu lho Mel ... Umm ... Momo udah masak makanan yang baru. N-nasi goreng tadi udah dibuang soalnya gak enak kebanyakan bawang merahnya. Jadi Momo buatin yang baru. T-tadi juga ... Momo beli bakso dari mang-mang yang lewat depan rumah. Terus Momo juga udah go-food chatime, martabak, Mcdonald's, KFC juga ada. Ayo keluar! Ada banyak makanan disini."

Masih senyap. Sial!

"Mel, jangan kayak gini dong. Buka dulu pintunya, Momo mau ngomong sesuatu. Janji deh bakal jaga jarak. Momo nggak akan dekat-dekat, kok. Umm ... Dua meter cukup?" 

Oh, ayolah. Timothy frustrasi memikirkan gadis ini. Dia benar-benar bodoh telah membuat Melody yang gila sampai ketakutan. Heningnya kamar Melody membuat lelaki itu berprasangka bahwasanya sang adik bunuh diri dengan menggantung lehernya pada seutas tali. Huh, apa yang terjadi jika itu benar adanya? Rumah ini pasti akan angker dengan arwah penasaran Melody.

BRUK

Timothy yang kalut dengan spekulasi aneh pun tak banyak pikir segera mendobrak pintu kamar Melody. Memasuki ruangan itu dengan langkah gusar lalu menelisik setiap sudut. Nihil, hanya menampilkan gorden yang disimpul dengan beberapa kain lainnya.

Melody kabur?!

***

Gadis berambut pendek dengan hoodie hitam itu mengetuk pintu di depannya dengan pelan. Berharap para penghuni rumah ini akan menyadari kehadirannya. Dibalik masker yang senada dengan hoodie-nya, dia mengeluarkan isak tangis disertai rasa perih saat luka pada bibirnya terkena tetesan air mata.

"Nayya ... Hiks ... Buka pintunya ... Hiks ... Hiks ..." tangis Melody seperti anak yang diusir oleh orang tuanya. Gadis itu memboyong banyak pakaian dalam tas besarnya lalu tanpa izin dia melarikan diri hendak menjauhi sang kakak. Dia takut saat kembali mengingat ambisi Timothy untuk memilikinya. Mengerikan, Timothy seperti om-om pedofil.

Melody menundukkan kepala. Meratapi nasibnya dibalik hawa dingin yang berhembus kencang. Walau lelaki itu belum menyentuhnya lebih jauh, tapi tetap saja. Harga diri sebagai seorang gadis tercemar tatkala tubuh bagian atasnya sempat dinikmati oleh lelaki itu. Melody malu, dia tidak suci lagi. Ini membuatnya frustrasi, bahkan sebelum dirinya melangkah kemari, sempat terbesit pikiran untuk mengakhiri hidup.

"E buset jantung gue terbang!!" pekik seorang gadis dengan hotpants putih dan kaos oversize-nya. Dia Nayyara, gadis yang hendak membuang sampah namun terhenti karena orang asing ini. Seperti mengenalnya, tapi siapa ya?

"Siapa lo?" interogasi Nayya. Melody secepat kilat berhamburan ke dalam dekapan gadis itu. Menumpahkan tangisannya sambil terus menyembunyikan wajah pada cerukan leher Nayya.

"Melody? Lo kenapa?"

"Hiks ... Hiks ... Takut ... Hiks ..." isak Melody pilu. Nayya yang tidak mengerti namun dilanda kecemasan pun memilih untuk mengelus punggung sahabatnya. Bermaksud menyalurkan ketenangan dibalik keambiguan yang terjadi.

"Takut kenapa, hmm?"

"Momo ... Hiks ... Hiks ... D-dia ... Hiks ... Takut ...." Melody malah semakin terisak. Pelukannya kian erat. Jemari mungil itu bahkan meremas-remas kaos yang dikenakan Nayya.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang