17 | Pelampiasan pt. O2

480 126 15
                                    

Jadi pelampiasan itu gak enak, ya?

***

Melody berjalan berdampingan bersama Harry dan Daffi. Dengan mengenakan pakaian karateka berhiaskan sabuk hitam, gadis mungil itu tampak dipandang sedap. Rambutnya yang digulung dua serta wajah imut itu. Ah, membuat siapa saja tertipu sampai tidak akan mengira bahwa ia adalah gadis gila.

"MEL!" seru Nayya sambil berlarian bersama Ficka. Di belakangnya sudah tampak Jack dan Rayhan yang menyertai. Huh, si mantan tampan tidak datang rupanya! Sial!

"Acia cia cia yang berkamuflase jadi orang waras," ledek Nayya sambil sesekali menyenggol lengan Melody.

"Emangnya selama ini princess kenapa?" sergah Harry dingin. Well, itu membuat Nayya kerepotan harus menelan kasar ludahnya. Ish, menyeramkan.

Harry yang berwibawa dengan setelan pakaian santai namun berkelas sempat beberapa kali menjadi perhatian lebih bagi para ibu-ibu yang sekedar ingin menyaksikan putra-putrinya bertanding. Kesan kebapakan sangat melekat pada jiwanya. Menggandeng sebelah tangan Melody yang seolah tengah berjalan di atas altar.

"Eh? A-anu ... Om ..." ujar Nayya tercekat. Melody yang melihat itu cekikikan sendiri, Nayya tidak tahu saja bagaimana tingkah Harry saat berduaan bersamanya. Anak dan bapak sama-sama absurd. Kompak dalam kekonyolan.

"Elah, pi. Anak holang kasian jangan dibikin mati. Masih perawan dia, entar kalau jadi arwah penasaran gimana? Papi juga yang diteror sama mendiang Nayya. Udah gitu entar papi nyusul Nayya mati, terus ujung-ujungnya Melody sendirian lagi. Eh, tapi gak akan deh. Kan, ada Daffi. Ya, gak Fi?"

"Dasar maling kutang! Papi kutuk jadi dugong baru tau rasa!" sembur Harry. Seketika Melody tergelak, kan, absurditasnya muncul bikin perut keram.

Harry mengalihkan perhatiannya pada Nayya yang masih sibuk menundukkan kepala. "Santai saja, Nayya. Saya tau princess saya ini emang gila. Gak pernah waras dia tuh," canda Harry agar ia tidak langsung mendapat konotasi buruk di mata semua teman dekat putrinya.

"Eh? I-iya, om," balas Nayya kikuk.

"AHAHAHAHA ANJIR DIKUTUK JADI DUGONG! GAK SEKALIAN AJA JADI BUAYA PUTIH? AHAHAHAHA!" tawa Melody semakin menjadi.

"Berisik ih! Kamu itu kalau udah ketawa, bumi serasa gempa tau gak?" kesal Harry. Lalu karena Melody tidak menggubrisnya, Harry dengan segera membekap mulut mungil gadis itu.

"Ingat sabuk hitamnya!"

Bukankah ini tidak masuk akal? Melody, si penyandang gelar "Si Gila Otak Lubang Jarum" adalah salah satu karateka dengan tingkatan sabuk berwarna hitam. Shit! Sikapnya itu sama sekali tidak mencerminkan karateka tingkat tinggi. Dimana setidaknya karateka sabuk hitam bisa lebih berbakti pada masyarakat dan memberikan nilai guna pada lingkungan sekitar. Melody sudah melewatkan hal itu.

"Sana siap-siap!" Daffi sedikit mendorong badan mungil Melody agar cepat pergi.

"Anterin," rengek Melody lalu bergelayut manja pada salah satu lengan kekar laki-laki itu. Ya, bagaimanapun Daffi tidak akan mencegahnya. Memang sedari awal Melody itu tanggung jawabnya. Ia kan, miris. Harus jadi bodyguard si gila bukankah sama saja dengan mengantarkannya pada kematian lebih cepat?

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang