22 | Musuhan

385 107 1
                                    

Nyalinya segede upil di kolong meja sekolah!

***

Sudah hampir sepekan aura negatif terasa begitu kuat menyelubungi kedua insan itu. Saat bertemu, mereka akan saling melempar tatapan maut disertai cemoohan. Tidak ada kata 'senyum manis' untuk saat ini. Saling sapa? Nope.

Selama itu pula Melody hanya bertemu Emily di sebuah kafe yang sudah ia beritahukan. Kakinya terasa berat untuk mengunjungi wanita itu di rumahnya. Alasan utama, adanya si musuh tampan. Melody tidak mau melihat Timothy.

Pagi hari di jam istirahat diawali dengan umpatan. Timothy bergerak gusar hendak mencari keberadaan sang adik yang sudah mengibarkan bendera perang lagi sejak awal bertemu di sekolah. Di punggungnya tertempel secarik kertas dengan tulisan:

Malam Jumat gue lagi ngepet 🐽
Malam Minggu gue lagi mejeng di setopan 🚦

Timothy marah akan hal itu. Harga dirinya diobral murah meriah saat semua orang membaca tulisan itu kemudian tertawa terbahak-bahak. Mereka bahkan mengabaikan siapa dirinya di sekolah ini. Seorang rival yang ternyata memiliki jadwal malam tersendiri.

"Awas aja lo kurcaci!" geram Timothy seraya meremas kertas itu. Emosinya semakin mencuat saat menangkap Melody yang asyik berjalan sambil berbincang bersama kedua sahabatnya. Ok, let's start the game.

"CEPAT PESAN MAKANAN YANG BANYAK. HARI INI SPESIAL DITRAKTIR SAMA ADIK GUE, TUH ORANGNYA!" tunjuk Timothy tepat membidik Melody disana. Gadis itu menganga tidak percaya. A-apa? Traktir orang sekantin? Oke, lima menit sebelum bangkrut menjemput.

"Serius?"

"LO PIKIR GUE BERCANDA? CEPAT PESAN MAKANAN BORONG AJA SEMUANYA. MUMPUNG ADA YANG BAYARIN GIH!" teriak Timothy. Langsung saja saat itu juga semua penghuni kantin berbondong-bondong menyerbu stand makanan dan minuman.

Timothy tersenyum menang melihat sang adik menderita seperti ini. Tampang dari mimik wajah Melody benar-benar mengkhawatirkan. Ia begitu cemas sambil terus memegang erat dompetnya yang tebal. Mungkin uang sebanyak itu tidak akan habis, tapi kan, sayang. Kalau ia pakai sendiri makanan semua bisa kebeli.

"Lo berdua jangan ikut-ikutan dong anjir!" Melody menahan pergerakan Nayya dan Ficka yang hendak memesan makanan.

"Tenang, kita pakai uang sendiri kok, Mel," ujar Ficka dan lalu Melody membuang nafas lega. Setidaknya berkurang dua perut.

"Makasih traktirannya adik manis," ledek Timothy tersenyum miring. Mulut mungil Melody mulai aktif membaca mantra sumpah serapah untuk laki-laki itu. Lihat saja, ia tidak akan berhenti pada titik ini.

"Bi, bakso asam pedas manisnya satu, ya. Tapi Melody mau kasih bumbu sendiri." Melody sudah berdiri di samping sang penjual bakso. Ia sudah tahu balasan apa yang harus didapatkan Timothy.

Satu botol pedas cabai merah ia tuangkan habis ke dalam mangkok di depannya. Kuah bakso itu tampak merah sekali. Dan mungkin Timothy akan langsung sakit perut menahan mules. Tapi Melody sungguh tidak mempedulikan akan hal itu. Yang penting balas dendam dulu.

"MOMO!" seru Melody kemudian menempati bangku samping sang kakak. "Nih!" Melody menyerahkan mangkok bakso itu.

"Gila lo?! Lo mau ngeracunin gue?!" pekik Timothy. Ia menatap ngeri mangkok bakso yang warnanya aduhai merah sekali.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang