Sret
Perlahan, cairan merah kental itu mengalir dari luka yang ia buat secara sengaja. Sakit? Tentu saja! Tapi sebisa mungkin ia menahan demi bisa mengikuti jejak sang adik. Mungkin jika berada di alam yang sama dimana pun itu mereka akan hidup bahagia tak peduli garis imajiner lambang status yang mengikat.
"Sshhh ... Tunggu aku, ya? Aku kan, udah pernah bilang sshhh ... Kita dilahirkan dalam waktu yang bersamaan. Berarti matinya juga barengan, kan? Sshhh ...." gumam Timothy. Satu tangannya itu mencengkeram kuat bagian luka yang menimbulkan sensasi tersendiri.
Detik kesepuluh semua warna mendadak sirna. Dunia yang saat ini Timothy lihat hanya hitam dan putih. Monokrom juga monoton. Sama seperti kehidupannya jika tanpa Melody.
***
"Melody?" lirih Timothy saat kedua kelopak matanya mulai menampakkan celah. Ia mengedarkan pandangan sesaat dan mendapati dirinya berada dalam kamar tidur namun serasa kapal pecah. Perhatiannya lagi tertuju pada sang gadis.
Timothy menikmati setiap sentuhan dari tangan-tangan mungil itu. Pada kelopak matanya, rahang kanan-kiri, hidung, sampai pada dagu. Semua bagian dari wajah tampan itu Melody sentuh dengan lembut.
"Bangun, ya?" Timothy mengangguk lantas mengubah posisinya menjadi setengah duduk. Ia meringis pelan merasakan perih pada pergelangan tangan kirinya yang entah oleh siapa sudah dibalut perban.
Dengan cekatan, Timothy memeluk erat gadis di hadapannya. Ia mengadukan segala keluh-kesah tentang alur buruk dalam mimpinya. Itu terasa seperti nyata bahwa Melody ... Mati?
"Takut," cicit Timothy. Si gadis dalam dekapannya meraih tangan terluka itu. Lalu dengan sebal ia menghempaskan kembali.
"Bodoh! Lo pikir kayak gini bagus, huh? Lebih baik lo kasih nyawa yang lo punya ke orang-orang yang membutuhkan!" saat itu juga Timothy tersadar. Gadis itu bukan Melody, sang adik yang membuatnya kalut dalam ketakutan. Dan apakah ini artinya ... Mimpi itu nyata? Jadi Melody benar-benar mati?
Fyuh. Untung saja tidak. Ternyata Melody sedang asyik berbaring di sampingnya. Maka atas pemikiran itu, Timothy langsung membawa Melody pada pangkuannya.
"Jangan tinggalin Momo!" rengek Timothy kekanak-kanakan. Ficka, orang yang mendapat tugas untuk memberitahukan apa yang tidak Timothy ketahui hanya bisa mengerutkan dahi. Beruntung gadis itu bisa mengatasi pendarahan dengan tepat waktu. Jadi Timothy tidak sempat kehilangan nyawanya.
"What the hell?!" Ficka semakin tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Timothy. Lelaki itu berkali-kali membubuhkan kecupan pada guling yang ia anggap sebagai Melody. Otewe nepuk jidat.
"Iya. Momo juga sayang sama Melody," kata Timothy. Pelukannya pada guling itu semakin erat. Oke, Ficka butuh bantuan.
Ficka
Something wrong here mr. DaffiDaffi (waras)
Apaan?Ficka
Anu Fi ....
Si Timo akh anjir sini aja deh lo
Susah gue jelasinnyaDaffi (waras)
Hm y udh gue otw situFicka
5 menit ya FiDaffi (waras)
10 anjFicka
Oke gobloRead
Tiba-tiba Ficka merasa ada sebuah tatapan tajam tengah menginterogasinya. Ia dibuat terkejoed-kejoed ketika lelaki itu memasang mimik menakutkan. Matanya memicing sempurna. Hidungnya mengendus-endus. Sementara bibir merah mudanya komat-kamit membaca mantra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...