15 | Pelampiasan pt. O1

592 126 13
                                    

Maaf, tapi ini benar-benar seperti buah simalakama.

***

Melody sesekali berdendang halus untuk menemani setiap derap yang ia bawa. Sore ini, gadis itu tengah menuju sebuah kafetaria sesuai dengan arahan sang kekasih. Ya, pagi tadi Timothy mengirimkan pesan singkat bahwasanya ia mengajak Melody untuk bertemu. Tentu saja Melody senang bukan main.

Melody mempercepat pergerakannya. Oh, astaga. Bagaimana bisa Timothy terlihat begitu tampan rupawan bahkan dari jarak sejauh ini? Umm ... Timothy tidak operasi plastik, kan?

"Jangan duduk!" larang Timothy, tentu saja Melody mendengus. Bukannya disambut dengan karpet merah dan taburan bunga berwarna-warni, ini malah sebuah kalimat tusukan yang menginterogasinya. Menyebalkan.

"Standing party?" tebak Melody. Timothy memasang wajah datar, seolah ia sedang tidak ingin bercanda.

"Umm ... Mannequin challenge?" racau Melody semakin ngaco. Sebenarnya Timothy gemas, tapi mengingat situasi ini tidak tepat membuat laki-laki itu harus mengurungkan niat untuk sekedar tersenyum dan mengacak puncak rambut sang gadis.

"Yah, oke. Lo naro sesuatu di tempat gue, kan?" todong Melody tapi Timothy masih mengunci rapat-rapat mulutnya. "Tapi masa' iya, gue makannya sambil berdiri? Gue kan, enggak bisulan ... Papi!!" rengek Melody.

Diam-diam Timothy berpikir keras, bagaimana baiknya menyampaikan apa yang ia maksud ya? Sebuah kalimat yang efektif, singkat, padat, jelas, dan mudah dimengerti oleh otak minim Melody.

Sebuah mobil yang baru saja terparkir di depan kafe ini semakin mempercepat kinerja otak Timothy. Ia tahu betul siapa pemilik mobil itu.

"Gue mau putus," cetus Timothy. Melody yang saat itu sedang berkomat-kamit membaca mantra, seketika terdiam membatu.

"Umm ... Putus ... Dalam artian apa?" cicit Melody seraya memainkan jari-jemarinya di bawah. Entahlah hanya saja ia tiba-tiba terkena serangan gugup.

"Lo sama gue. Berhenti sampai disini! Mulai hari ini lo bukan pacar gue lagi."

Deg

Secara instan air mata mulai menggenangi pelupuknya. Melody tak kuasa menahan rasa sesak yang menyelimuti seluruh dadanya. Gadis itu melepas begitu saja isakan tangis yang bahkan membuat Timothy tidak nyaman melihatnya.

"Hiks ... Ta-tapi ... Ke-napa?"

Manik hijau Timothy seolah malas untuk sekedar memandang Melody dengan jinak. Ia lebih tertarik pada seorang gadis yang berjalan menghampiri meja keduanya sambil membawa tas berisi buku.

"Lho, ada Melody juga?"

"Karena gue belum move on dari Ficka," tutur Timothy.

Terkejutlah Ficka saat itu juga. Kedua bola matanya hampir meloncat-loncat. Jantungnya seakan copot mendadak.

Melody sendiri sudah dibanjiri air mata. Gadis itu menghembuskan nafas tidak percaya. Matanya sudah memerah menahan amarah.

"Terus selama ini lo anggap gue apa, Tim?"

"Mainan," ungkap Timothy datar. "Lo. Cuma pelampiasan gue, Melody! Lo mainan buat gue! Selama ini gue cuma bercanda sama hubungan kita. Sialnya lo malah baper gak jelas! Lo bodoh karena lo gak pernah sadar akan hal ini! Dengan mudahnya lo percaya sama gue. Bukannya ini gak masuk akal? Dari awal gue benci sama lo terus tiba-tiba nembak lo gitu aja? Cih," beber Timothy diakhiri dengan sebuah decihan.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang