Crazy
- Andrew Garcia -***
Kelima orang berwajah di atas rata-rata itu mengepalkan tangan. Sedari tadi mereka sudah mati-matian menahan emosi yang akan meletup. Mengatur tempo nafas, menutup mata dan telinga, sampai memaksakan tersenyum. Sial tak ada satu pun yang berhasil menahan lebih lama lagi.
"BISA DIAM GAK SIH?!" sembur Ficka, murka. Deru nafas yang cepat mengakibatkan dadanya naik-turun hendak menyesuaikan irama.
Timothy seketika terdiam mematung. Badannya menggigil mencoba meredam ketakutan. Beberapa miniatur robot hasil koleksinya yang hendak ia lemparkan pada sekawanan manusia itu tiba-tiba terlepas dari genggaman tangan.
Lelaki itu memasang raut risau. Hatinya gundah memikirkan segala spekulasi konyol yang terus memutari seisi kepala. Seperti, "Apa siasat yang mereka punya buat bunuh gue?" atau, "Pasti abis ini mereka bakal pesta barbeque pake daging gue. Ish kejam!"
"LO ITU KENAPA SIH HUH?! GILA TAU GAK!!" cerca Ficka. Detik selanjutnya saat ia akan kembali membentak Timothy, Daffi melarangnya. Lelaki itu mencekal pergelangan tangan Ficka sambil menggeleng pelan.
"HUWAAAA MOMO TAKUT!! ADA MONSTER HUWAAAA TOLONG!!!" dan lihatlah bagaimana respon yang mereka dapat. Tangisan memekakkan telinga dari seseorang pemilik badan kekar serta tinggi menjulang. Pahatan wajahnya yang nyaris sempurna dengan kedua rahang kokoh yang menggantung menghiasi pipi. Hidung mancung bak perosotan anak-anak TK dan bibir merah muda alami yang menambahkan kesan sexy.
Orang buta pun tidak akan menyangka orang ini gila.
Jika tidak segera diredam, mungkin ibu-ibu yang sedang meninabobokan bayi-bayinya akan segera berhamburan menggerebek mereka. Lalu semua tetangga akan melapor pada lurah dan lebih buruknya lagi Emily sekeluarga akan diusir dari perumahan ini. Mereka jadi gelandangan yang tinggal di kolong jembatan. Oke, imajinasi yang bagus.
Nayya secara spontan memekik terkejut. Kedua tangan kekar sudah mendekapnya erat. Bau maskulin namun hanya samar-samar dapat ia cium melalui kedua lubang hidung.
"Heh, anjing! Lepasin cewek gue woy! Anjir lo jangan modus dasar kurang belaian!" sewot Jack. Tentu saja ia tidak terima sang gadis dipeluk orang lain walau oleh sahabatnya sendiri. Well, yang posesif harus dibalas dengan keposesifan juga.
"Tim lepas ih!!" gadis itu meronta. Nayya juga tidak nyaman kan, jadinya. Sialan pelukan Timothy malah semakin erat.
"Melody ... Momo enggak gila ... Momo enggak sakit ... Melody bilang sama mereka semua jangan jahat sama Momo hiks ... Hiks ... Momo juga manusia ...." tangis Timothy mengadu. Ada rasa iba mendengar curhatannya.
"Hiks ... Melody ... Momo cuma sedih ... Momo enggak gila, Melody. Tapi kenapa semua orang bilang Momo itu gila?? Hiks hiks ... Momo pingin sama Melody ... Disini gak ada yang sayang sama Momo hiks ... Semua orang marahin Momo. Padahal Momo gak salah, Melody. Momo takut ...."
Nayya sedikit menolehkan kepala meminta persetujuan. Lalu setelah Jack, Daffi, Rayhan serta Ficka mengangguk bersamaan, gadis itu melingkarkan tangan hendak membalas pelukan Timothy. Ia lalu menepuk pelan punggung kokoh itu.
"Lo jangan kayak gini makanya. Jangan bikin semua orang takut, ya? Jalani hari-hari seperti biasanya. Lagipun ada sesuatu yang belum lo tau, Tim. Tugas lo sekarang jangan bikin sesuatu itu sedih lihat gimana keadaan lo. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...