16 ❘ Isi Hati

1.9K 306 107
                                    

"Gue kasih tau ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue kasih tau ya. Lo kalo gak serius sama Yeji, mending lo gausah lanjutin gombal-gembel lo yang gak jelas itu."

Haechan menoleh ke arah Hyunjin. Sejak Haechan mengetahui bahwa ia sekelompok dengan Hyunjin, ia sudah memprediksi bahwa Hyunjin pasti akan mengungkit tentang ini.

"Urusan lo apa hah?" sahut Haechan malas.

"Jangan lo kira gue gak tau rencana kalian berdua. Gue cuma gamau lo nyakitin Ryujin, ataupun Yeji."

Karena memang, awalnya kedekatan Haechan dan Yeji hanya rencana mereka belaka. Tujuannya adalah untuk membuat seorang Shin Ryujin merasa cemburu. Dan itu terbukti berhasil.

Tapi, makin kesini, sepertinya Yeji malah mulai jatuh cinta dengan kepribadian absurd milik Haechan.

"Trus lo mau gue ngapain? Ninggalin Yeji trus balik ke Ryujin yang galau gara-gara akhirnya lo juga bakal nikah sama Kim Hyunjin?"

Hyunjin langsung menatap Haechan dengan sengit.

"Apa lo liat-liat??"

"Lo brengsek, Chan."

"Lah? HAHAHAHAH! Aduh, kaca mana ya kaca."
"Gini ya, Bibir. Lo gausah ngurus hidup gue, terserah gue sama Yeji mau gimana nanti. Nih, gue balikin ke elo. Kalo lo emang gabisa berhentiin perjodohan lo, mending lo pergi dari hidup Ryujin. Dari sekarang. Karena gue gak bakal mau lagi ngehibur dia setelah lo buang lagi. Ngerti??"

Dan tanpa menunggu reaksi Hyunjin, Haechan melengos melewati Hyunjin yang kini mematung, tertohok dengan rentetan kata-katanya.

✾✾

Senyum tak luntur-luntur dari bibir Wonyoung. Sesekali mata gadis itu melirik ke arah Jisung yang kini telah menenteng dua ikat kayu bakar.

Satunya adalah milik Wonyoung.

Yah, beberapa menit yang lalu Wonyoung mengeluh pergelangan tangannya sakit karena menteng kayu bakar itu dan membuat Jisung menawarkan bantuannya.

Sebenarnya Wonyoung berbohong. Ia hanya ingin mendapatkan perhatian Jisung yang sedari tadi irit bicara.

Oh, bukan sedari tadi. Pada dasarnya, Jisung memang irit bicara, kecuali dengan orang-orang tertentu.

Sepasang muda-mudi itu tengah dalam perjalanan mereka untuk kembali ke villa, membuat ada secuat perasaan tidak rela di hati Wonyoung.

Kapan lagi dia bisa berduaan dengan sang pujaan hati?

Dari tadi Wonyoung berpikir keras. Apa sebaiknya ia menyatakan perasaannya sekarang atau di lain kesempatan?

Wonyoung bimbang. Ia takut tidak akan mendapat kesempatan lagi nanti. Karena si Tuan Park Maha Sibuk Jisung memang sangat sulit ia temui semenjak mengambil alih jabatan Lee Jeno sebagai ketua basket.

VacationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang