46 ❘ Berduka

1.6K 284 222
                                    

Sebelumnya maaf gais, hepinya belom ya :(

Sebelumnya maaf gais, hepinya belom ya :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turut berduka cita, om, tante...."

Brak!

Seisi ruangan itu terkesiap ketika Boa-ibu Sanha, menggebrak meja. Ia menunjuk-nunjuk suaminya. "Pokoknya ini semua salahmu."

Lantas wanita itu meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Terdengar suara bantingan pintu dan disusul suara pecahan perabotan dari dalam kamar itu.

Seungho-ayah Sanha menghela napasnya dalam-dalam. Baru saja ambulan datang bersama beberapa teman anaknya, mengantar 'Sanha'.

"Maaf om, harusnya saya bisa-"

"Bukan salahmu. Ini salah saya," ucap Seungho, memotong ucapan Han.

Pria paruh baya itu mengusap wajahnya frustasi. "Ini salah saya menjadi ayah tak berguna. Harusnya saya bisa mencari pekerjaan yang jauh dari hal ini, tapi...."

"Om." Hwall mulai angkat bicara. "Maaf sebelumnya harus ngomong gini, tapi Sanha sendiri yang bilang ke saya kalau dia mungkin gak kembali hidup-hidup. Dia udah memperkirakan ini bakal terjadi. Dan dia gak mau om nyalahin diri sendiri."

Seungho menatap Hwall tak percaya. "Dia bilang begitu?" tanyanya. Air matanya mulai berlinang.

Hwall mengangguk dengan yakin. Ia merogoh saku bajunya. "Dia bahkan udah nulis surat." Pemuda itu menaruh sepucuk surat ke atas meja dengan berhati-hati.

"Om harus bangga punya anak kaya Kak Sanha," ucap Wonyoung. "Kak Sanha udah nyelamatin nyawa saya. Saya berhutang banyak." Suara gadis itu mulai bergetar. Ryujin yang ada di samping Wonyoung mulai menepuk-nepuk pelan punggungnya.

"Bukan cuma Wonyoung, om. Saya dan teman-teman yang lain juga," ujar Han. Ia yang paling merasa bersalah atas kematian Sanha, karena pemuda itu tertembak setelah mencoba menggantikannya.

Brak! Brak brak! Prang!

Suara-suara gaduh dari dalam kamar utama rumah itu makin menjadi. Hwall, Han, Ryujin, dan Wonyoung saling melirik satu sama lain.

"A-anu om, kalo gitu, kami semua pamit ya?" ucap Ryujin sembari berdiri dari duduknya diikuti yang lain.

"Ah iya. Ini masih dini hari, hati-hati di jalan," ucap Seungho.

"Sekali lagi, kami minta maaf om, turut berduka cita...," lirih Han.

Pria paruh baya itu mengangguk lemah. "Saya antar ke depan."

"Nggak usah om. Om tenangin diri aja," ujar Wonyoung.

Dengan begitu, empat remaja itu mulai pergi dari rumah Sanha, meninggalkan Seungho yang langsung meledakkan tangisnya saat itu juga.

Tangannya mulai meraih surat yang tergeletak di atas meja dan mulai membacanya.

"Pa, Sanha gak tau apa yang bikin papa betah jadi bawahannya Om Kwonbin. Tapi maaf pa, habis ini kayanya papa harus cari kerjaan baru.

VacationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang