32 ❘ Serangan

1.9K 307 182
                                    

[ ⚠ ] Warn!
Buat yang lagi puasa, bacanya setelah buka aja yaa wkwkwk
U know lah ceritaku harsh word nya sebanyak apa (?)


"Udah?"

Shinhye langsung bangkit dari duduknya ketika Jongsuk keluar dari kamar utama. Pria itu mengangguk sembari tersenyum sekilas.

"Ayah bilang aku boleh pulang kalau ada urusan," kata Jongsuk kemudian.

Shinhye berdesis sambil menatap Jongsuk sinis. "Apa?" tanya Jongsuk, heran dengan reaksi istrinya.

"Ayah bilang gitu, belum tentu aslinya gitu, tau. Bisa aja ayah maunya kamu nginep dulu disini sehari," jelas Shinhye.

Jongsuk mengendikkan bahunya cuek. "Apa gunanya dia punya anak sulung?"

"Tuh kan. Mindset nya masih gitu. Udah liat ayah gitu gamau ubah mindset??"

"Bukannya gamau ubah, tapi—"

"Wah. Ada tamu rupanya."

Sebuah suara menghentikan percakapan mereka berdua. Secara bersamaan, baik Jongsuk maupun Shinhye menoleh ke sumber suara.

Seseorang yang masih lengkap dengan setelan jas mahalnya terlihat berjalan ke arah mereka. Setiap langkahnya terlihat tegap dan berwibawa.

Dia, sang sulung dari keluarga itu.

Lee Kwon-bin.

Melihat kedatangannya, Jongsuk mendengus sinis. "Oh. Hai, kak."

Langkah Kwonbin berhenti tepat di depan Jongsuk. Sebuah senyum mengembang hingga kedua matanya menyipit. "Halo, Jean. Apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat, Kev," jawab Jongsuk ketus. Kemudian ia menoleh ke arah Shinhye dan meraih tangan istrinya itu. "See? Sudah ada dia. Jadi untuk apa aku diam disini kan?" katanya kepada Shinhye.

Tanpa bicara apa-apa lagi, ia menarik tangan Shinhye menjauh dari sana, tak lupa menabrak bahu laki-laki itu.

"Ckckck. Dasar tidak sopan."

✾✾


"ABANG!"

Baik Jisung, Chenle, maupun Chaeryeong langsung terkesiap ketika Jiheon terbangun sambil berteriak. Melihat itu, Jisung langsung menghampiri Jiheon.

"Kenapa? Lo mimpi buruk?" tanya Jisung tergesa.

Bukannya menjawab, Jiheon hanya menatap Jisung beberapa detik. Perlahan, cairan bening memenuhi kelopak matanya. Dengan ragu, ia mengangguk.

Tanpa berpikir panjang, Jisung menarik Jiheon ke dalam rengkuhannya. "Apapun itu, itu cuma mimpi. Jangan khawatir."

Tetes demi tetes air mata mulai membasahi pipi Jiheon, membuat Jisung semakin mengeratkan pelukannya. Sepertinya itu benar-benar mimpi yang buruk.

VacationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang