52 ❘ Restart

1.5K 241 264
                                    

Tiga tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga tahun kemudian

"Harusnya lo cari pacar biar bisa diajak kesini. Atau ajak temen lo kek, bukannya sama gue. Lo kan tau gue mager banget anjim. Libur gue harusnya rebahan malah nganter lo kesini sialan."

Saeron—adik Renjun—pura-pura budeg aja ngedenger abangnya ngedumel. Dengan cuek, gadis itu berjalan memasuki salah satu toko pakaian dalam wanita di mall itu.

"Woy! Saeron anjim! Ah elah kurang ajar betol punya ade. Yakali gue ikut masuk." Masih sambil menggerutu, Renjun merogoh saku celananya dan mengambil ponsel dari sana.

'Gue mau beli boba. Kalo udah kelar cari gue ke situ.'

Dengan kesal, Renjun mengantongi kembali ponselnya setelah mengirim pesan lalu berjalan ke arah eskalator, menuju lantai paling atas.

Ponsel Renjun bergetar. Mengira notifikasi penting, ia buru-buru mengeceknya.

Ternyata sebuah pesan dari Searon.

'Nitip'

Tidak ingin berbohong, Renjun benar-benar kesal sekarang. Menjalani hari-harinya sebagai koas benar-benar membuat waktu berkualitas bersama kasurnya menipis. Sekalinya dapat waktu libur malah ditodong untuk melakukan hal semacam ini.

'Padahal biasanya juga mandiri, kenapa tiba-tiba minta dianter?' Begitulah kira-kira isi pikiran Renjun.

Masih mempertahankan wajah dongkolnya, Renjun mulai mengantri di sebuah stand boba yang dimaksudnya tadi.

"Duh, pake rame segala," gerutu Renjun. 'Gapapa lah, nunggunya ngantre disini. Daripada bengong di luar toko tadi, kek orang tolol,' lanjutnya dalam hati.

Iseng, Renjun mengedarkan pandangannya. Menikmati pemandangan orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Pandangannya terhenti pada seorang gadis kecil yang sekiranya berusia tiga tahun. Anak kecil tersebut terlihat berjalan sendirian, kebingungan. Samar, Renjun dapat melihat matanya berkaca-kaca.

Herannya, orang-orang di sekitar seakan tak peduli. Atau mungkin mereka tak melihat? Pikiran Renjun mendadak berkecamuk.

'Woi itu bocah emaknya mana?'
'Elah itu gaada yang mau nanyain apa?'
'Jangan gue lah anjim, gue gasuka bocah.'
'Woyy!!'

Hingga tanpa sengaja, ia melakukan kontak mata dengan anak kecil itu. Tanpa sadar, kakinya berjalan sendiri keluar dari antrian, menghampiri gadis kecil itu.

"Haloo adek? Mamahnya kemanaa? Kok sendiri?" tanya Renjun, berusaha seramah mungkin.

Gadis kecil itu hanya menatapnya. Mengedipkan kelopak matanya beberapa kali hingga tiba-tiba—

"HUEEEEEE!!!"

'Kan kan.'

"Ehhh kok nangiss??"

VacationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang