21

1K 79 0
                                    

Taehyung membukakan pintu kamar Gitae agar keduanya masuk.

"Cup cup cup cup. Jagoan kenapa nangis?" Taehyung bisa mendengar jelas gumaman Jihee pada Gitae ketika keduanya lewat di depan Taehyung.

"Gitae ga mau cerita sama Bunda?" Jihee berjalan ke arah jendela. Bergerak-gerak pelan agar Gitae tenang.

Gitae mengangkat kepalanya setelah dari tadi menangis di leher Jihee.

Matanya langsung menatap mata Jihee.

"Anak bunda kenapa hmm?" tanyanya lembut dengan mata yang memancarkan ketulusan dan juga bibir yang tersenyum hangat menenangkan.

Tak hanya Gitae yang tenang oleh suara Jihee tapi juga sang ayah yang masih berdiri di ambang pintu memperhatikan keduanya.

Dada Taehyung juga lagi-lagi menghangat. Dan kali ini di akibatkan Jihee yang mengatakan bahwa Gitae adalah anaknya. Tulus. Taehyung bisa dengar.

"Gitae hikss hikss nakal sama Bunda hikss kemalen" jelas Gitae terhisak.

Taehyung menutup pintu. Tau, keduanya butuh privasi agar Gitae bisa tenang.

"Kemalin hikss hikss Gitae nyilam bunda hikss waktu mandi. Hikss hikss. Gitae nakal makanya Bunda pelgi" dan Jihee tak tahan untuk tak memeluk Gitae.

Anaknyaㅡ ah ralat. Gitae hilang semangat hanya karena merasa dirinya pergi gara-gara dia nakal.

"Ughh cup cup cup, sayangnya Bunda. Ngga kok, Bunda ga pergi gara-gara Gitae nakal. Bunda kemaren ada yang harus di urus makanya harus pergi. Bunda ga marah sama Gitae. Ini buktinya Bunda sekarang disini. Dikamar Gitae. Lagi meluk Gitae"

Isakan Gitae sedikitnya mulai hilang.

"Bundaa~ maafin Gitae ya kalo kemalin Gitae nakal" ucap nya. "Gitae janji patuh sama Bunda" lanjut Gitae.

"Kalo gitu, Gitae harus janji juga ga akan sedih sama nangis kayak tadi lagi. Bunda kan ikut sedih" Jihee mencebikkan bibirnya. Berekspresi sesedih mungkin. "Gitae mau bunda sedih?" tanya Jihee.

Gitae segera mencangkup kedua pipi berisi Jihee dengan kedua tangan kecilnya. "Nggak. Bunda ga boleh sedih" ucap Gitae tegas.

"Makanya janji sama Bunda. Ga sedih dan ga nangis lagi" jihee mengangkat jari kelingkingnya.

"Gitae janji" dan Gitae menautkan kelingkingnya dengan kelingking Jihee.

"Nah gitu dong senyum. Kan bunda jadi seneng" Jihee tersenyum lebar melihat Gitae yang sudah tersenyum lagi.

"Gitae sayang Bunda banyak-banyak"

"Bunda juga sayang gitae banyak-banyak" keduanya sama-sama tersenyum lebar pada satu sama lain.

Jihee berjongkok menurunkan Gitae dari gendongannya. "Nah sekarang..." Jihee menghapus bekas air mata dari wajah Gitae. "...pergi ke ayah. Minta maaf udah bikin ayah sedih" suruh Jihee.

"Ayah sedih?" tanya Gitae polos. Matanya membulat sempurna mendengar penuturan Jihee.

"Iya sayang. Ga bunda aja yang sedih kalo Gitae sedih. Ayah juga. Kasian ayah, dari pagi ga Gitae ajak ngomong" terang Jihee. "Jadi sekarang Gitae keluar minta maaf sama ayah. Oke? Bunda temenin"

Gitae mengangguk antusias. "Ayo Bunda. Ke ayah" ajak Gitae. Mengambil satu tangan Jihee untuk di genggam.

Jihee berjalan mengikuti langkah kaki Gitae lalu membuka pintu kamar.

Setelah pintu kamar dibuka. Tangannya yang tadi di genggam Gitae langsung dilepas oleh yang bersangkutan. "Eh Gitae jangan lari" peringat Jihee tapi tak di dengar Gitae. Namun di dengar oleh 8 pasang telinga yang sedang ada di ruang keluarga.

BUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang