18

1.3K 89 10
                                    

Tok. Tok. Tok.

"Masuk"

Jimin masuk setelah mendengar perintah mauk dari Jihee.

"Kenapa kak?" Jimin nginep lagi gaes.

"Mau ngomong" Jimin berjalan ke arah kasur Jihee. Sedangkan Jihee memutar tubuhnya yang sedang duduk di kursi meja belajarnya.

"Ngga lagi sibuk kan?" suara Jimin tak terdengar jenaka. Malahan terdengar lembut. Membuat Jihee merasa nyaman ketika mendengar nya.

Jihee menggeleng.

"Gimana tugas tadi siang, udah kelar?" Jihee seketika gugup mendengar pertanyaan Jimin. Matanya mengedar memindai objek lain kecuali Jimin.

"Eeeeuuuuu itu..." gantung Jihee.

Jimin terkekeh ketika Jihee berusaha sangat keras mencari alasan. Mata jimin sampai hilang ketika terkekeh.

"Udah, ga usah boong. Ga ada tugas kan tadi siang?" Jihee mematung di tempatnya.

Ketahuan boong.

Setelahnya Jihee menunduk.

"Maaf kak jim"

"Kenapa minta maaf?"

"Tadi udah boong, abis itu ninggalin kak jimin tadi siang"

"Ga papa kok. Tapi kali ini lo harus cerita. Kenapa dan ada apa?" paksa Jimin.

Jihee melirik Jimin sekilas.

Jihee tau, jimin tempat nyaman bercerita. Bahkan dari kemarin Jihee mau cerita sama Jimin. Tapi berhubung objek ceritanya orang yang deket sama Jimin, Jihee jadi urung buat cerita.

"Kenapa?" tanya Jimin lembut.

Jihee menggeleng.

"Ga mau cerita?"

"Bukan" cicit Jihee. "Belum siap" tambahnya.

"Gue ga akan cerita ke siapapun. Janji" Jimin mengangkat kelingkingnya berpose berjanji.

Jihee tak menjawab.

"Dekk~" rengek Jimin ingin mendapat perhatian Jihee yang sedang menerawang.

Jimin berhasil. Jihee fokus pada matanya sekarang.

Jimin melemaskan bahunya sebentar.

"Sesakit itu ya suka sama Taehyung?"

Jihee tersentak kaget selama beberapa detik. Namun setelahnya ia sadar, tak ada yang bisa ia sembunyikan dari Jimin.

Maka Jihee memutuskan untuk menumpahkan semuanya pada Jimin. Kakak tersayangnya.

Jihee mengulum bibirnya menahan tangis. Bibirnya pun sudah membuat garis melengkung ke bawah. Bahkan matanya mulai memburam akibat air mata.

Jihee mengangguk cepat. Setelahnya berhambur menuju Jimin yang sudah merentangkan tangan.

"Hiksss. Sakit kak. Banget. Hikss. Sesak. Disini" satu tangan Jihee melingkar ke pinggang Jimin dan satunya lagi sedang memukul dadanya.

Jimin mulai menepuk-nepuk bahu Jihee. Mencoba menyalurkan ketenangan dan memberi semangat.

"Kadang rasanya kayak ada yang pecah kak disini" masih memukul dadanya. "Sakit kak sakitt hikss" adu Jimin.

"Iyaa, gue tau rasanya. Usshhhh ushh usshh adek tenang. Nanti makin sakit" Jihee hanya mengangguk patuh dalam dekapan Jimin.

"Hiksss.. Maaf kak" ucap Jihee. Kini kedua tangannya sudah melingkar ke pinggang Jimin.

"Kenapa hmm?"

"Gue ga cerita sama lo. Bukannya gue ga mau cerita. Cuma..."

"Ssstt udah ga papa. Gue maafin" Jihee mengeratkan pelukannya pada Jimin.

"Jadi? Sejak kapan lo suka taehyung?" Jihee memejam matanya sambil bersandar di dada bidang Jimin.

"Semester satu. Pas dia marah-marah ke kelas gue"

"Pandangan pertama?"

"Nggak kak, awalnya gue cuma kagum. Tapi karena kelewat sering merhatiin jadi suka dan ga tau jelasnya kapan gue mulai jatuh Cinta. Gue bego kan? Dia marah-marah ke kelas gue. Tapi gue malah kagum" jelas Jihee.

Jimin tertawa pelan. "Nggak kok. Ngga bego. Cinta itu kadang datang tanpa mengenal 5W+1H. Ngga tau karena apa, ke siapa, pas dimana, kapan, kenapa, dan gimana awalnya kita bisa suka. Jadi ga ada alasan buat ngatain seseorang bego. Cuma gara-gara salah satu jawabannya aneh" jelas Jimin.

"Kemaren lo bilang mau move on itu. Maksudnya move on dari Taehyung?"

Anggukan di dapat Jimin di dadanya.

"Kenapa?"

"Buat gue Kak Tae itu terlalu sempurna kak. Dia pinter, humble, ramah, sopan, bisa nempatin diri dan yang paling menonjol dari dia itu pas speech. Aura kepemimpinan nya keluar, bijaksana nya dapet. Gue suka aja. Apalagi di tambah dia ganteng, cakep. Bahkan gue belum pernah liat dia jelak. Cengo aja ganteng. Lucu. Dia pokoknya yang ter hebat di mata gue" Jimin terkikik mendengar deskripsi taehyung dari Jihee.

"Tapi gue apa? Di kelas biasa aja. Organisasi nggak. Humble? Gue malu-maluin yang ada. Gue sering ngomong kasar. Masih manja. Banyak tingkah kayak bocah. Gendut. Pendek. Ga cocok sama kak Tae"

"Tadi kenapa pergi?"

"Dibawa kabur Raebi kak"

"Kenapa Raebi bawa kabur lo?"

"Karena dia tau gue butuh pergi dari sana tadi"

"Kenapa butuh pergi?"

"Karena gue sakit"

"Kenapa bisa sakit?"

"Karena kak tae ngeliat ke arah gue, tapi bayangin orang lain"

"Bayangin siapa?"

"Bunda kandung Gitae"

Jimin menghela nafasnya kasar. Dia ingin membantu sepupunya. Tapi mengenai masalah ini, Jimin juga tidak tahu harus bagaimana.

"Sayang Gitae ngga?"

"Banget kak"

"Masih mau move on dari Taehyung?"

"Gue udah bertekad. Dan gue harus"

Jimin melepas pelukannya. Kedua tanganya di letakkan di bahu Jihee.

"Lo mau gue bersikap kayak apa ke Taehyung besok?"

"Kayak babunya?"

"Dah kelar sedih nya? Udah bisa ngereceh nih"

"Kayak biasa aja kak, kayak kemaren ga ada kejadian apa-apa"

"Ya udah iya"

"Kalo gue mau ketemu Gitae gimana kak? Gue yang ga tau harus bersikap gimana sekarang"

"Emang masih mau ketemu Gitae? Ga takut gagal move on?"

"Lebih takutan kalo Gitae sedih. Gimana dong kak?"

"Ketemu Gitae nya pas ga ada Taehyung aja"

"Oh iya ya... Kak Jim pinter juga" cengenges Jihee

"Pinter dari dulu kali"

⊙◎ⓑⓤⓝⓓⓐ◎⊙

Hehe.. tanggung update satu aja

Mumpung masih ada draft

Selasa, 7 April 2020

BUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang