Jungkook menyingkirkan semburat rambut Lisa yang tertiup angin. Mata Lisa seperti magnet, menariknya. Tidak tahu mengapa, ia terhipnotis pada mata memelas itu. Ini hanya napsu, kan? Gumam Jungkook. Ia berusaha menyadarkan dirinya.
"Jungkook..."
Suaranya terdengar begitu menarik di telinganya.
Jantungnya berhenti berdetak. Itulah ungkapan yang cocok mewakili dirinya sekarang. Ia menurunkan matanya, berhenti pada lekuk bibir Lisa. Ia baru sadar jika gadis itu memiliki belahan bibir...dan sialan! Mengapa bibirnya terlihat begitu cantik?
Jungkook mendekatkan wajahnya. Tangannya merengkuh pinggang Lisa, sementara tangannya yang lain menggapai wajah Lisa. Ia berubah menjadi serakah, berhati-hati jangan sampai Lisa menjauhkan diri. Kemudian, ia memajukan bibirnya mengecup bibir gadis itu. Lisa tampak terkejut, begitu juga dengannya. Mereka sama-sama menjaga jarak tanpa mengatakan apa pun.
Jungkook masih fokus pada bibir gadis itu. Ia kembali menarik wajah Lisa dan menempelkan bibirnya. Hanya saja kali ini lebih dalam. Ini pertama kalinya, ia mencium seseorang. Ia bisa merasakan napas Lisa begitu dekat dengan wajahnya. Bukan.... Napas Lisa dalam mulutnya. Ia bisa merasakan bibir gadis itu. Ada hentakan yang mengejutkan seperti listrik menjalar ke seluruh tubuhnya setiap kali gadis itu memberontak. Penolakan itu justru membuatnya semakin ingin menguasai bibir gadis itu. Ia merengkuhnya dengan lebih erat dan tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi gadis itu untuk melepaskan diri.
Ia benar-benar sudah gila sekarang!
Lisa Part
Lisa menarik napas panjang-panjang setelah Jungkook berhenti. Ia hampir lupa dengan ketakutannya tadi. Matanya kabur karena air matanya sekarang mulai turun, sesenggukan ia menunduk. Semua rasa bercampur, malu, marah, bingung, kaget. Semuanya.
Lisa menghapus air matanya tanpa memperdulikan Jungkook yang masih berdiri di depannya dengan dekat. Setelah air matanya mereda, ia mengangkat kepalanya menatap Jungkook meminta penjelasan dari tindakannya yang absurd dan tidak sopan ini.
"Jangan tanya alasannya sebab aku juga tidak tahu," kata Jungkook. Pemuda itu pun terlihat kaget dengan apa yang baru saja dilakukannya. Sikapnya tersebut semakin membuat Lisa merasa begitu jatuh.
"Senang, Brengsek?" Lisa menginjak kakinya.
"Aduh..." Jungkook menjerit tertahan.
Lisa tidak peduli kalau ia harus berjalan sampai esok hari. Yang penting, ia mau pulang sekarang. Ia berjalan menjauhi Jungkook.
"Lisa.." Jungkook menarik sikunya.
Lisa mendorong tangan Jungkook.
"APAA!?" Semua perbendaharaan katanya sembunyi entah di mana. Yang tertinggal adalah perasaan dipermalukan, seakan semua orang sedang menertawakannya bahwa betapa menyedihkan dan murahan dirinya.
"Tadi kau bertanya kan. Apa aku senang?"
"Kau senang menciumku?"
Pemuda itu diam lalu menjawab, "entahlah"
"Apa kau menyukaiku?"
"Tidak," jawab pemuda itu lirih tapi sudah cukup jelas di telinga Lisa.
"Apa aku terlihat murahan??!" teriak Lisa. Amarahnya memuncak. Ia sudah tidak menggubris lagi meskipun mereka sedang berada di pemakaman.
"Aku tidak ingin menjawabnya."
"Brengsek!"
Lisa berbalik. Belum pernah ia merasa serendah ini dihadapan lelaki.
Jungkook Part
Jungkook menurunkan kaca jendela. Ia memijit keningnya. Matanya masih terus mengikuti Lisa yang berjalan tergesa-gesa mengabaikannya. Gadis itu tampak terseok ketika menuruni bukit. Jungkook mengarahkan lampu depannya agar gadis itu bisa melihat jalan. Ia juga membunyikan klakson, tetap saja. Ia tidak berbalik sekalipun.
Jungkook mengeluarkan kepalanya melalui jendela saat gadis itu terjatuh. Sudah cukup, pikirnya. Ia sudah tidak tahan lagi. Mereka sudah seperti ini selama setengah jam. Jungkook berhenti dan keluar. Ia berjalan ke sisi mobil dan membuka pintu. Selanjutnya, melangkah lebar mendekati Lisa dari belakang. Tanpa aba-aba, ia menggendong Lisa sembari mengacuhkan Lisa yang terus saja menolak.
"Duduk di sini," Jungkook meletakan gadis itu dalam mobil lalu memasangkan sabuk pengaman.
"Brengsek, biarkan aku pergi!"
Jungkook sadar, ia bukanlah orang yang panjang sabar. Ia mendekatkan wajahnya dan menatap tajam Lisa.
"Kalau kau tidak ingin 'itu' terjadi lagi diamlah agar kita bisa pulang. Mengerti??!" katanya diakhiri dengan bantingan pintu mobil yang cukup keras.
"Aku tidak akan membiarkan ini begitu saja. Kau akan menyesal telah melakukan ini padaku. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku sangat-sangat-sangat tidak menyukaimu!"
"Mau jalan lagi? Biar kuturunkan di pojok sana, di tempat yang gelap itu. Mau??!"
Lisa terdiam. Selanjutnya, yang terdengar adalah tangisan.
Lisa Part
"Ya Tuhan....Aku tidak tahan lagi. Bisakah kau berhenti menangis?" tanya Jungkook tanpa menoleh.
"Tidak bisa!"
Mobil yang dikendarai berhenti di persimpangan.
"Aku tidak bisa berkonsentrasi menyetir. Bisa-bisa kita sampai dini hari."
Lisa masih sesenggukan. Tangisnya tidak bisa berhenti. Ia tidak ikhlas kalau ciuman pertamanya telah direnggut oleh pemuda brengsek seperti Jungkook.
"Kau bertindak seakan-akan aku sudah merenggut kehormatanmu, mengambil harta bendamu, dan mengancam keselamatanmu."
Tentu saja kalimat Jungkook barusan hanya menambah amarahnya. Air matanya bertambah deras.
"Kau sudah mengambil hal yang berharga bagiku, brengsek. Semua ini karenamu."
Jungkook tampak terbelalak.
"Itu ciuman pertamaku," suara Lisa terasa serak di tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome
RomanceLisa: Si brengsek Memangnya kenapa kalau aku memanggilnya dengan sebutan itu? Gara-gara kesalahpahaman aku dicap sebagai 'patah hati nasional'. Mereka mengecapku sebagai gadis yang cintanya ditolak sementara dia? Dengan syndrome narsis tingkat para...