Nam Joon
"Akhir-akhir ini sulit sekali ngobrol dengan Jungkook. Ia terlalu sibuk. Studio, latihan, olah raga, syuting variety yang biasanya selalu dihindari,"celoteh Jin.
Nam Joon yang mendengarkan kekuatiran itu menoleh ke arah kamar Jungkook saat ia muncul dengan rambut berantakan.
"Selesai jam berapa syutingnya?" tanya Nam Joon.
"Jam 03.00 dini hari."
"Sarapan dulu," tawar Jin.
Jungkook menggelengkan kepala, "Aku ada syuting jam delapan."
Nam Joon melirik pada jam dinding, pukul 06.00. Tepat dengan teleponnya yang berdering, dari manajer pribadi Jungkook yang sepertinya tidak dapat menghubunginya.
"Segera mandilah. Manajermu pasti sudah menunggu," kata Nam Joon.
Jungkook mengangguk.
Jungkook Part
Ia membiarkan asistennya menata rambutnya selagi ia tidur. Terdengar suara dari lorong, Jungkook terbangun.
"Kau menunggunya lagi?" tanya penata riasnya.
"Apa dia sudah datang?"
"Kelihatannya sih jadwalnya diundur, tuh."
Jungkook terdiam. "Sudah selesai, kan?"
Jungkook berjalan melewati lorong ke studio 3, dimana ia harus menjadi MC sementara dalam sebuah variety show.
Lisa.
Jungkook menatapnya. Gadis itu menatapnya sekilas lalu masuk dalam studio 1, tempatnya syuting acara lain.
Jungkook melangkah masuk ke dalam studio dimana para artis dan MC sudah bersiap-siap.
Lisa Part
"Ada seorang MC di Studio 3 yang pingsan saat acara ON AIR...."
Lisa mendengar bisik-bisik dari asisten dan kru lainnya saat selesai syuting.
Ia langsung teringat pada Jungkook yang tampak 'berbeda' walaupun sudah dirias tadi.
"Di mana, orang yang pingsan tadi?"
Kru menunjukan ruang kesehatan yang memang disediakan bagi para artis atau staf yang sakit. Lisa bergegas ke dalam ruangan itu, sempat memastikan tidak ada yang curiga padanya.
Lisa berdiri di samping ranjang. Ada Jungkook.
Lisa berdiam di sana selama 5 menit. Sebaiknya ia segera kembali, pikirnya. Tangannya tiba-tiba digenggam oleh tangan yang ada di balik selimut. Jungkook membuka matanya.
"Aku tidak akan memaksamu lagi. Tidak akan sembarangan menyentuhmu lagi. Maaf."
Wajah pucat Jungkook. Bibirnya yang kering, dan matanya yang sayu. Dia tidak seharusnya jatuh cinta dengan lelaki narsistik yang bahkan belakangan diketahuinya agak-agak psiko ini.
"Ini baru dua minggu semenjak kita putus, tapi kau sudah mengikuti aktivitasku. Kau tidak berubah juga." Lisa memaksakan hatinya dan mengabaikan keadaan Jungkook.
Jungkook memaksakan dirinya untuk duduk. Kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Lisa.
Lisa membatu. Ia risau...tapi juga belum bisa memaafkan lelaki ini.
"Beri aku satu kesempatan lagi. Ajari aku."
Suhu tubuh Jungkook yang panas dapat dirasa oleh Lisa. Ia menelungkupkan telapak tangannya di dahi Jungkook. Pemuda itu tampak memaksakan sebuah senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome
RomansLisa: Si brengsek Memangnya kenapa kalau aku memanggilnya dengan sebutan itu? Gara-gara kesalahpahaman aku dicap sebagai 'patah hati nasional'. Mereka mengecapku sebagai gadis yang cintanya ditolak sementara dia? Dengan syndrome narsis tingkat para...