Part 16: Di Mana-mana

1.1K 139 7
                                    


Ia menutup telinganya. Sayangnya, meski sudah menelungkupkan wajahnya di bawah bantal tetap saja suara sumbang Ho Seok terus menerornya. Bahkan suara itu semakin mendekat dan menempel di daun pintunya, menerobos masuk lewat celah kunci, dan menyeruak ke dalam kamarnya.

"YAAA!"

Akhirnya seperti harapan hyungnya, ia merespon. Terdengar cekikikan di balik pintu.

"Adik lelakiku. Apakah gerangan yang sedang kau lakukan di dalam sana?"

"Sejak kapan kau jadi anak ibuku?" teriaknya dari dalam kamar.

Kali ini terdengar langkah kaki. Hanya mendengar langkah yang ditekan dan semberono itu, ia sudah bisa menebak siapa itu.

"Jin Hyung biarkan aku tidur."

"Ayo kita sarapan di restoran temanku. Mereka punya pancake yang sangat lezat!" suara Jin menyela diantara suara sumbang Ho Seok yang sedari pagi bernyanyi di depan pintu kamar Jungkook, "bisakah kau diam, Ho Seok? Aku sedang bicara sekarang. Sangat berisik."

Jungkook membalikan badannya dan menghela napas sembari menatap kosong langit kamarnya.

"Aku hanya ingin membangunkannya, Hyung."

Lagi-lagi Jungkook menghela napas. Kini, dua hyung bodoh itu sedang beradu mulut di luar kamarnya. Yang satu bersikeras untuk menjaga kedamaian di dalam dorm yang tentu saja tidak pernah bisa terwujud. Seorang lagi percaya bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk membangunkannya dan menciptakan atmosfer ceria di pagi hari. Kemudian, pertengkaran itu semakin abstrak dengan memperdebatkan siapa yang paling berisik diantara mereka berdua.

"Itulah sebabnya aku menjadi rapper. Hyung tidak bisa mengharapkan suaraku sehalus sutra."

"Itulah sebabnya, muncul kerutan di wajahmu, Ho Seok. Hal itu karena kau selalu emosional dan berapi-api."

"Tapi aku tidak merasa kalau aku berisik."

"Lalu siapa yang berisik, dengkuran Taehyung!?"

"Wah, kau sentiment sekali Hyung. Kau ingin bilang kalau dengkuranku lebih parah daripada Taehyung si tukang ngorok itu? Pantas saja kau tidak mau sekamar denganku. Aku benar-benar tersinggung."

"Kau sensitif sekali seperti testpack"

"Sekarang Hyung samakan aku dengan alat tes kehamilan."

"Bukan itu Bodoh! Yang mau kukatakan adalah kau berisik dan membuatku tidak bisa bicara dengan Jungkook."

"Kau juga berisik Hyung."

"Kau yang berisik!"

"Hyung yang berisik!"

"KALIAN YANG BERISIK!"

Jungkook sudah membuka pintu dan berdiri di depan keduanya. Rambutnya acak-acakan. Wajahnya pun tampak bengkak dengan mata sipit yang masih belum beradaptasi dengan cahaya.

Keduanya menoleh dengan wajah polos.

"Oh, kau sudah keluar," kata Jin dengan ekspresi datar lalu kembali menoleh pada Ho Seok yang tentu saja sudah memasang wajah cemberut.

"Kemari, kuberi pukulan karena sudah kurang ajar pada Hyungmu!"

"Aku yang dulu dan sekarang jauh berbeda, Hyung," Ho Seok mengangkat kaosnya menunjukan otot di perutnya.

Jin tak mau kalah. Ia menanggalkan kaosnya dan melemparkannya ke lantai dengan dramatis atau bisa dikatakan berlebihan.

Detik berikutnya mereka sudah bergelut. Setidaknya itulah yang mereka harapkan karena di mata Jungkook yang mereka berdua lakukan sekarang hanyalah saling menautkan siku seperti dua orang bocah yang sedang mengadu kekuatan.

Idol Shipper SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang