Lisa Part
Lisa menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. Jemari Jungkook terbenam dalam jemarinya.
"Teruslah bertahan. Sebelumnya, aku pun tidak bisa comeback. Lihat sekarang, aku bisa berdiri di atas panggung lagi. Kau pun bisa seperti itu. Berikan perlawananmu, sampai kapan kau akan terus sembunyi? Kalau kau lemah, orang tua dan membermu pun akan ikut lemah."
"Mereka membatalkan proyek iklannya."
"Bukan masalah besar. Kau akan mendapatkan yang lainnya."
Bibir lisa terkatup.
"Kalau itu sudah menjadi bagianmu, tidak ada akan ada yang bisa merebutnya. Aku selalu mempercayai itu setiap kali kau memasang wajah jutek. Terutama setelah kau menyiramkan air ke wajahku. Aku berkaca di kamar mandi dan bertanya-tanya, mengapa gadis bodoh ini menyia-nyiakan pemuda tampan ini?"
Lisa menepuk dada Jungkook.
"AUWWW!" Jungkook terkekeh.
"Mendapatkan hatimu itu butuh kesabaran ekstra. Tidakkah kau merasa bersalah padaku?"
"Tidak," Lisa berbohong.
"Selama ini, apa kau terus memikirkanku?"
"Bolehkah aku mengubah kata-kataku tadi?"
"Kata-kata yang sudah diucapkan tidak boleh diubah lagi."
"Kau juga tidak merasa bersalah pernah mengajakku kencan ke kuburan?"
Keduanya tertawa dan saling menggoda.
"Aku agak sedikit gila sih."
"Dan narsis," tambah Lisa.
"But, you still want me."
Lisa menjauhkan kepalanya, "kalau kau mulai menggombal lagi, aku akan meninggalkanmu di sini dengan galonmu itu."
"Baiklah-baiklah. Begitu saja marah. Dasar jutek!" Jungkook menelungkupkan kepala Lisa lagi di bahunya.
"Aku akan meneleponmu kapan pun aku merindukanmu."
'Ehm."
"Apakah sebaiknya kita menikah diam-diam saja?"
Lisa menghela napas, "dan dimulai lagi kegilaanmu yang lain."
"Bisakah kau berhenti menjadi stallker?"
"Kau tahu semuanya? Tidak bisa. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan mengawasi semua aktivitasmu. Aku akan menjadi pacar yang posesive."
Pacar? Lisa gugup sekali menedengar kata-kata itu begitu lancar keluar dari mulut Jungkook.
"Ini caraku , Lalisa. Aku tidak bisa memikirkan cara yang lainnya lagi."
"Kau bisa mulai dengan percaya padaku."
"Aku percaya padamu."
Lisa memiringkan wajahnya, menilik kebenaran dari raut wajah Jungkook.
"Ini sudah menjadi sifatku. Aku pemuda sinting. Ingat?"
Lisa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Salahnya menggubris perkataan pemuda ini.
"Sudah malam. Aku tidak mau membuat semua orang kuatir. Kau harus kembali ke apartemenmu dan tidur dengan nyenyak. Mulailah membuat video dancemu lagi dan tersenyum lebar tanpa beban. Besok pagi telepon aku segera setelah kau bangun, ya."
Lisa mengangguk.
"Atau biar aku saja yang akan meneleponmu," Jungkook menelusuri pipi Lisa dengan ujung jemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome
RomansaLisa: Si brengsek Memangnya kenapa kalau aku memanggilnya dengan sebutan itu? Gara-gara kesalahpahaman aku dicap sebagai 'patah hati nasional'. Mereka mengecapku sebagai gadis yang cintanya ditolak sementara dia? Dengan syndrome narsis tingkat para...