Nam Joon Part
Kapan? Kapan? Kapan? Pertanyaan itu berulang kali muncul. Ia selalu berharap bisa berdiri di depan gadis itu dengan berani. Meminta nomornya, dan ....
"Hai, Hyung Bro!"
Nam Joon menjatuhkan alat lukisnya ke lantai.
Suho muncul sembari tersenyum lebar. Karena senyum itu? Tentu saja tidak!
Seorang gadis pun berdiri di muka pintu, tampak terkejut.
"Ayo Jisoo, masuk saja," ajak Suho.
Jisoo pun mengangguk dan berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Ini adalah guruku. Guru sekaligus motivatorku, ya walaupun lukisanku lebih cenderung tidak bisa dipahami...." Suho memperkenalkan Jisoo pada Mary Nunna, dosen di fakultas kesenian sekaligus senior dan guru yang selama ini sabar mengajari mereka.
Nam Joon memungut alat lukisnya dan mengusap kuasnya di atas kanvas tanpa berbicara.
"Kau di sini juga ternyata..." suara khas Jisoo terdengar. Gadis itu berdiri di belakangnya, memandangi lukisan karya Nam Joon.
Nam Joon mengusapkan kuasnya ke dalam air dan berdiri.
"Kau sudah selesai?"
Nam Joon memaksakan senyuman tipis sembari mengangguk.
"Jisoo..." Suho menarik tangan Jisoo yang diikuti oleh tatapan mata Nam Joon. Pemuda itu mengarahkan Jisoo untuk duduk di kursi menghadap kanvas putih. Kemudian, ia membungkuk dekat dengan Jisoo hingga wajah mereka tampak dekat.
Nam Joon mengeraskan rahangnya. Ia tidak harus melihat semua ini. Kemudian, berpaling dengan cepat.
"Joona...!"
Mary memanggilnya, "sudah mau pulang?"
Nam Joon berdehem lalu berjalan lurus saja keluar ruangan menuju taman terbengkalai yang ada di depannya.
Terdengar langkah kaki menyusulnya, "Joona, ... " Seorang gadis menautkan tanganya ke lengan Nam Joon. "Aku juga mau ki ke kampus. Ada kelas, murid-muridku sedang menungguku. Boleh aku menumpang?"
Nam Joon mengiyakan permintaan Mary.
"Tunggu ya!" Gadis itu berbalik bersamaan dengan arah mata Nam Joon. Ternyata bukan hanya mereka yang ada di situ.
Jisoo berdiri di sana.
Kedua gadis itu saling membungkuk lalu Mary masuk kembali ke dalam galery.
"Kau juga suka melukis?"
Nam Joon menjawab dengan singkat, "iya."
"Oh... pantas saja."
Nam Joon dan Jisoo sama-sama terdiam.
"Joona..." Mary muncul kembali. "Kami pergi lebih dulu," katanya pada Jisoo. Gadis itu tersenyum membalas perkataan Mary.
"Yuk..!" Mary berjalan lebih dulu menuju mobil Nam Joon yang biasa diparkir depan lapangan basket terbengkalai hanya satu meter dari galery milik Mary.
Nam Joon pun berjalan mengikuti Mary.
"Tunggu!"
Jisoo langsung menghadang Nam Joon. Ia mendongkakan wajahnya menatap dengan ekspresi dingin.
"Kupikir kau tidak menginginkan nomorku lagi," katanya lalu memunggungi Nam Joon.
Nam Joon tertegun.
Ia memandangi punggung Jisoo dengan bingung."Apa sih yang kau pikirkan dari tadi?" lirih Mary yang duduk di samping Nam Joon.
Nam Joon tidak terlalu menanggapi pertanyaan itu. Ia menurunkan jendela dan memeriksa parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome
RomanceLisa: Si brengsek Memangnya kenapa kalau aku memanggilnya dengan sebutan itu? Gara-gara kesalahpahaman aku dicap sebagai 'patah hati nasional'. Mereka mengecapku sebagai gadis yang cintanya ditolak sementara dia? Dengan syndrome narsis tingkat para...