Lisa menurunkan topi dan merapatkan masker yang menutupi separuh wajahnya. Yang polos tanpa makeup Seorang pelayan menyodorkan kembalian padanya. Lisa menerima uang tersebut lalu berjalan menuju kursi yang ada di pojok ruangan, agak terpisah dari keramaian.
Ia tersenyum di balik masker mengingat kembali kenangannya bersama member di Hawai beberapa bulan yang lalu. Kalau diingat, sudah enam bulan lamanya? Tapi, kenangan indah tetaplah kenangan indah. Sulit untuk dilupakan.
"Kau pikir Unnimu itu begitu istimewa?"
"Memangnya Oppamu begitu luar biasa!?"
Lisa terkejap mendengar perdebatan yang ada di meja seberang. Sekelompok remaja terlihat saling mendelik dengan sikap bermusuhan.
Lisa akan memasangkan headset di telinga kalau saja namanya tidak disebut.
"Aku tahu kalau Lisa melakukan operasi plastik!"
Whatt??
Lisa mengurungkan niatnya.
"Jangan bicara sembarangan. Dia itu dewi, sejak lahir dia sudah menjadi dewi."
Ini baru berlebihan. Ia penasaran siapa Lisa yang dibicarakan oleh mereka, gumamnya dalam diam.
"Oppaku adalah reinkarnasi dari kaisar langit!"
Lisa tertawa mendengar pembicaraan sekelompok remaja itu. Lisa berusaha mengalihkan perhatiannya. Pembicaraan mengenai Oppa dan Unni ini memang terdengar cute, tapi bukan urusannya. Biasalah anak remaja seusianya memang sering membicarakan masalah love dovey.
"Waktu acara Melon Music Award, Unnimu tidak membungkuk padahal di situ ada seniornya. Mereka tidak punya respect sama sekali. Haruskah kita yang mengajari mereka sopan santun?!"
Ehm? Lisa menoleh pelan ke arah mereka.
"Kalian yang terlalu berlebihan. Oppamu saja tidak mempermasalahkannya!"
"Oppa kami benar-benar tampan. Pantas saja, Unni-mu tidak berani menatapnya. Mereka telalu tampan dan berkelas."
"Memangnya kenapa kalau Unni-ku menatap mereka? Mereka tidak perlu merasa sungkan. Mereka cantik dan berbakat. Oppamu sudah terkena star syndrome. Dibadingkan dengan boygroup lainnya, mereka tidak ada apa-apanya!"
"Sial! Kalian begitu bangga pada suara serak mirip orang sakit itu? Kuberitahu, Ros, Ras atau apa pun itu, tidak layak berdekatan dengan Oppaku."
"APAAA?!"
Lisa berdiri dengan spontan. Dadanya terbakar rasanya mendengar nama membernya disebut-sebut.
Remaja itu menoleh padanya, dari ekspresi mereka tampak kalau Lisa, si tamu tanpa diundang sudah masuk tanpa persetujuan.
"Siapa kau?"
Aduh.. gawat, Lisa mengutuki kebodohannya sendiri.
Beberapa gadis datang menghampirinya.
"Apa Kau juga membela Unni mereka?"
"Cepat buka maskermu! Kau sengaja menyusup diantara kami?" seorang gadis memajukan tangannya.
"BERANINYA KAU!" Bentak Lisa takut kalau identitasnya ketahuan.
Tangan gadis itu menggantung di udara. Keterkejutan jelas tergambar di wajahnya.
"Ka.. Kau... sudah menghina Oppaku. Maksudku... Kenapa kita harus saling menghina? Unnimu benar-benar keren. Aduh, apa yang mau kukatakan, ya? Oppaku juga keren! Oppaku Jjang!" kata Lisa tanpa berpikir panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Shipper Syndrome
RomanceLisa: Si brengsek Memangnya kenapa kalau aku memanggilnya dengan sebutan itu? Gara-gara kesalahpahaman aku dicap sebagai 'patah hati nasional'. Mereka mengecapku sebagai gadis yang cintanya ditolak sementara dia? Dengan syndrome narsis tingkat para...