#Episode_10
***
Apa yang ada dalam benakmu saat mendengar kata Agustus?
Kemerdekaan negara Republik Indonesia, Semarak lomba-lomba, atau Bulan bersejarah yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia? Bulan Agustus bukan hanya bulan biasa bagiku, setidaknya dalam tahun ini.
Ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Perbedaan pertama, saat ini aku berada di negara orang, maksudnya kampung halaman orang. Karena tugas dan kewajiban yang harus ku tunaikan. Kedua, kegiatan yang kulakukan cukup padat dari tahun sebelum-sebelumnya, ketiga, aku berkutat dengan orang-orang baru yang tak ku kenal sebelumnya, ke empat, ada yang berbeda dengan suasana hati ku.
Pekan ke tiga aku tinggal disini, di desa tempat KKN. Aku merasa sudah menjadi bagian dari desa ini seutuhnya. Perasaan berbeda ku alami jauh seperti saat pertama menginjakkan kaki disini.
Perasaan nyaman, tenang dan juga damai mulai melingkupi separuh jiwaku. Entah bagaimana ceritanya, semua mengalir begitu saja, tanpa setting juga skenario. Berbagai macam hal telah terjadi dalam hidup ku disini, sejauh ini tak ada kendala yang berarti. Hanya sesekali adu argumentasi kecil yang telah mampu terselesaikan dengan cukup baik.
Sebagaimana arahan dan himbauan dari dosen pembimbing, pak kades, tokoh masyarakat setempat, juga warga masyarakat, kami selaku tim KKN yang bertugas di sini, diminta untuk melakukan beberapa hal untuk menyambut datangnya hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73 Untuk masyarakat desa. Minimnya pengetahuan, pengalaman, dan dana yang kami miliki, membuat kami cukup kelimpungan. Dan dari pihak balai desa tidak menyediakan anggaran untuk hal tersebut. Kalaupun mengeluarkan dana pribadi dari kami, itu bukan keputusan yang tepat. Dan jalan satu-satunya yang kami tempuh adalah musyawarah.
"Anggaran kita gak mungkin cukup untuk mengadakan acara lomba Agustus an, uang kas kita kan sudah dianggarkan untuk dua program kita nanti di akhir KKN." Arina selaku bendahara yang mengelola keuangan kelompok mengingatkan.
"Tapi nolak permintaan mereka pun bukan hal yang bagus kan?" Syarif berkomentar.
"Apa lagi dusun atas, dusun disini, dan dusun yang ujung sana minta tolong semua sama kita, untuk menghandle acara semarak lomba Agustusan nanti. Untuk acara dilaksanakan satu desa dikumpulkan jadi satu, itu adalah hal mustahil. Terlalu banyak." Syarif nampak kebingungan menghadapi situasi.
Sebenarnya bukan hanya Syarif yang kebingungan. Aku dan semuanya bingung menghadapi situasi ini. Dan acara penyelenggaraan akan diadakan sepuluh hari lagi. Keputusan final belum bisa diputuskan. Sementara orang-orang yang bersangkutan dengan hal ini sudah cukup mendesak keputusan kami.
"Terus kita mesti gimana? Pak Kades kan udah bilang untuk acara lomba-lomba khas Agustusan dilaksanakan di kampung masing-masing. Soalnya pihak Pak Kades mau fokus sama Bina Wilayah akhir bulan ini, sama Karnaval antar Desa di Kecamatan." Terang ku.
"Kita bagi tim ini jadi beberapa bagian aja gimana?" Usul Nawa. "Maksudnya kita jadi penanggung jawab di tiga dusun itu, total kita kan sebelas orang. Ada yang empat orang untuk dua dusun, dan tiga orang sisa nya untuk satu dusun. Gimana?"
"Bisa juga, nah kita tinggal tentukan siapa-siapa aja yang akan jadi penanggung jawab dusun masing-masing." Ujar Otong.
"Vy, kamu catat dan nama-nama yang jadi penanggung jawab!" Ujar Syarif. Aku yang tengah memegang pulpen dan buku tulis otomatis mencatat nama-nama seperti yang diperintahkan Syarif.
"Eh, tapi ... Ini cara bagi nya gimana? Supaya adil aja." Tanyaku.
"Udah pada dewasa ini, angkat tangan aja lah biar cepet. Kebetulan kita semua sekarang ngumpul disini kan?" Otong kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...