Pertanyaan-Pertanyaan yang Mengusik

2K 150 6
                                    

Terimakasih untuk yang telah berkenan mampir, membaca, dan menyimpan cerita ini ke perpustakaan kalian. Dan terimakasih juga untuk yang telah memberikan vote dan komentarnya di cerita ini 🙏🏼

Selamat Membaca kelanjutan episode sebelumnya ... 🍃

Saat tugas-tugas yang harus ku kerjakan terasa berat dan cukup menguras energi otak maupun fisik, aku selalu ingat bagaimana perjuangan orang-orang dibalik kesulitanku yang mungkin lebih berat dari beban yang ku pikul.

Beberapa kali pernah ingin menyerah, tapi kembali berpikir berulangkali tentang bagaimana usahaku hingga saat ini. Tak mudah. Masa iya harus sia-sia hanya karena satu kesulitan yang pasti bisa ku atasi ini.

Karena Allah tak akan pernah memberikan ujian, cobaan diluar batas kemampuan kita sebagai hamba-Nya. Allah lebih tahu kapasitas diri ini. Kembali menilik mereka yang berada di bawahku, yang tak mampu meraih angan-angannya karena berbagai faktor keterbatasan yang dimiliki.

Dua hari pasca hari ulang tahunku, aku kembali pada rutinitas. Karena cuti bersama tahun baru telah usai. Bersiap menghadapi hari-hari yang kemungkinan akan lebih sulit dari sebelumnya.

Dengan ojek online yang selalu setia kapanpun dan di manapun, aku diantarkannya ke kampus tercinta. Suasana nampaknya cukup lengang, tak ada siapapun yang ku kenali. Akhirnya aku memutuskan untuk ke perpustakaan, salah satu tempat favorit ku di kampus. Menunggu Suci dan Arina. Setelah sebelumnya sudah janjian untuk sama-sama menghadap pihak jurusan. Mengajukan judul penelitian tugas akhir.

"Sendirian aja, Neng Divya?" Sapa ibu staf UPT perpustakaan kampus, bernama ibu Dian. Tepat setelah aku mengucapkan salam dan menyimpan tas di loker penitipan barang.

Aku menoleh pada sumber suara. Ia tengah sibuk dengan layar komputer nya. Aku menyalaminya takzim. "Iya, Bu. Nungguin temen."

"Udah ngajuin judul?"

"Belum, Bu. Hari ini baru mau kesana."

Sejak awal resmi menjadi bagian di kampus ini, selain kelas dan kantin, perpustakaan adalah tempat favorit dan tempat yang paling sering ku singgahi. Untuk sekedar istirahat, mengerjakan tugas atau sekedar numpang mengakses WiFi. Maka tak heran, jika aku cukup dekat dengan ibu Dian. Perempuan asal kota pelajar, yang ramah in some way slash kadang-kadang. Dan galak pada orang-orang yang tak mentaati peraturan perpustakaan.

"Oh, mudah-mudahan langsung ACC ya. Supaya bisa cepet garap skripsi nya."

"Aamiin ... Terimakasih, Bu." Ucapku. Kemudian melenggang ke pojok perpustakaan.

Karena hari ini sedang musim libur semester, maka kebanyakan mahasiswa adik tingkat ku tak hadir disini. Hanya mahasiswa semester tua yang memenuhi setiap sudut ruangan yang dipenuhi banyaknya buku-buku ini. Tapi sayang, diantara banyaknya orang di ruangan ini, tak ada yang ku kenal satu pun.

Alih-alih mengambil buku di rak yang berjejer rapi mengelilingi ku, aku justru membuka buku diary, menuliskan beberapa hal penting disana terkait tugas akhirku. Hingga beberapa suara bising  cukup mengganggu pendengaranku. Bahkan terdengar suara Bu Dian menegurnya tegas, karena ulah orang itu.

Kepalaku berputar melihat ke sumber suara, kemudian alisku bertaut bingung. Mereka orang-orang yang ku kenal. Gilang dan teman-teman satu kelasnya. Afidah juga ada di sana, dan sepertinya tak mengetahui keberadaan ku.

Aku membalas beberapa pesan dari Arina dan Suci, katanya mereka baru saja beranjak dari rumah. Ah memang jam karet, aku cukup paham dengan kebiasaan Arina, saat ini ia pasti tengah bermalas-malasan untuk mandi.

"Teh Divya ..." Suara itu ... Perlahan aku menoleh dan tersenyum pada sosok yang kini melangkah menuju ke tempat dudukku. "Sendirian, Teh?"

Aku mengangguk. "Nunggu Suci sama Arina." Afidah duduk di hadapanku. "Kamu sendiri kesini sama siapa? Teh Erni mana?" Tanyaku.

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang