Selamat Membaca ...
🍂🍂🍂
Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Itulah salah satu pepatah tentang ilmu. Pepatah yang kudengar untuk kesekian kalinya saat dulu menimba ilmu di penjara suci.
Kalimat pepatah itu ditulis dengan indah menggunakan sebuah seni kaligrafi indah dan terpampang jelas di gedung kelas, bersama dengan pepatah lainnya.
Apalah artinya memiliki ilmu jika hanya dimiliki dan dinikmati sendiri? Tentunya akan terasa hampa, kalau hanya kita sendiri yang memiliki. Contohnya, saat kita bisa membaca dan menulis. Lalu, kita menulis sebuah karya atau buku, tapi tidak ada seorang pun yang bisa membaca tulisan kita tersebut.
Bagaimana rasanya? Pasti akan terasa ada yang kurang. Tak utuh rasanya tulisan kita tersebut tanpa adanya orang yang membaca. Maka dari itu, bagikan ilmu tentang membaca dan menulis itu pada orang lain, supaya ada manfaat besar berkat apa yang dilakukan itu.
Contoh lainnya, saat seorang guru tak mengamalkan ilmu yang dipelajari dan dimiliknya, apa gunanya ia menyandang gelar dan status sebagai 'guru'? Bukankah guru itu digugu dan ditiru? Setidaknya, amalkan, bagikan ilmu yang kita miliki pada diri sendiri, pada keluarga, atau orang-orang terdekat kita. Tak melulu harus di sekolah atau lembaga resmi, dimana pun kita bisa membagikan ilmu. Bahkan di tempat terburuk sekalipun, di tempat yang mungkin tak pernah dipandang atau dihiraukan oleh siapapun.
Dan sekarang, aku tengah berusaha semampuku, sebisaku, untuk mengamalkan, membagikan sedikit ilmu yang pernah ku pelajari, dan ku miliki, pada mereka semua. Anak-anak yang akhir-akhir ini menjadi duniaku, bagian dari perjalanan hidupku. Melalui program PPL ini, setidaknya aku bisa belajar, bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang guru yang sesungguhnya. Terlepas apa yang akan terjadi nanti, bisa saja suatu saat nanti aku tidak meneruskan karir dalam bidang ini. Bidang yang selaras dengan jurusan pendidikan yang kupelajari ini. Who know what will happen tomorrow? Except God.
Belajar di jam seperti ini benar-benar menguji keimanan juga kesabaran ternyata. Jam setelah istirahat pertama, jam menuju siang, saat udara di luar panas menyengat kulit. Andai ada instruksi 'Lambaikan tangan pada Kamera jika anda sudah tidak kuat'.
Gusti Allah ... Kenapa anak-anak disini banyak sekali yang ajaib? Rasa-rasanya saat aku duduk di bangku sekolah seperti mereka dulu, mana berani berlaku seperti ini. Tiduran di pojok kelas, Ngobrol dengan bahasa alien dan kebun binatang, Selfie Di tengah jam pelajaran dan banyak lagi.
Astaghfirullah ... Beri aku energi lebih banyak Ya Allah ...
Ruangan kelas berukuran besar ini menampung 40 orang anak remaja tanggung, sebagaimana nama-nama yang tercantum di buku absensi kelas, dengan mayoritas kaum Hawa. Ah, nampaknya salah satu ciri kiamat sudah terlihat.
Warna putih mendominasi ruangan kelas yang tengah ku singgahi ini, kecuali kusen pintu dan jendela yang berwarna abu-abu. Namun sayang, warna putih di kelas ini tak mampu menetralisir suasana penat dan panas siang ini.
Sebagai seorang guru praktikan alias guru magang, aku tak memiliki kuasa penuh untuk menegur anak-anak ajaib itu. Meskipun Pak Rashid dan Pak Kepala Sekolah telah memberi wewenang untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan jika mendapati anak-anak yang berlaku diluar aturan sekolah. Tapi, tetap saja ... Aku tak memiliki keberanian itu, teman-temanku pun begitu, persis denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...