Episode 31 Tayang nih, 🌿
***
Selepas sholat subuh, aku bergegas menuju bibir pantai, tentu dengan mereka semua, keluarga baru yang terbentuk beberapa waktu lalu.
Tujuannya ingin melihat sunrise sambil bermain air laut. Supaya tidak berdesakan dengan yang lain. Karena berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu, pantai Pangandaran ini akan penuh sesak dengan wisatawan saat matahari terbit hingga terbenam nanti, meskipun bukan dalam momen liburan seperti ini.
Dan ternyata benar, suasana pantai masih sangat sepi. Belum ada siapapun disana, kecuali para pedagang yang menggelar dagangannya, pemilik sewaan pelampung, papan surfing dan nelayan yang baru saja kembali dari laut.
Benar katanya, Senja pergi untuk kembali. Karena senja tak pernah ingkar janji. Buktinya ...
Bias rona oranye mulai nampak di balik tenangnya air laut di seberang sana. Seolah-olah sang raja siang itu muncul dari bawah lautan yang luas terhampar sejauh mata memandang. Tak lupa, aku mengambil beberapa foto bersama dengan teman-teman, sebagai kenang-kenangan.
Arina dan Erni sudah menjatuhkan diri masing-masing untuk bergelung dengan gelombang ombak, sementara Nawa, Otong, Syarif, Rahman dan Reyhan tengah menikmati hangatnya kopi dalam gelas plastik di bibir pantai, dekat perahu nelayan yang baru saja kembali dari pelayaran.Aku dan Dita pun masih enggan untuk membasahi diri, suasana pagi di pantai seperti ini sayang kalau dilewatkan begitu saja tanpa dinikmati juga disyukuri.
Angin kencang berhembus menerpa pori-pori kulitku. Aku hanya mengenakan piyama yang semalam kukenakan sebagai kostum untuk pagi ini.Deburan ombak yang menghantam bibir pantai terdengar begitu meriah. Perlahan tapi pasti si raja siang mulai menampakkan pesona indahnya, naik ke permukaan dengan sinar menyilaukan netra juga sedikit menghangatkan tubuh.
"Teh Vya gak renang?" tanya Dita, ketika aku asyik bermain pasir.
"Mau, tapi sebentar lagi deh. Masih betah liatin matahari terbit,” jawabku nyengir. "Bu Dita beneran gak mau renang?"
Sejak kemarin ia bersikukuh untuk tidak turun ke laut. Dikarenakan beberapa alasan, salah satunya karena tamu bulanan yang baru saja hadir.
"Enggak ah, di sini aja cukup, sekalian jagain barang-barang kalian."
"Teh Divya ... Bu Dita ... Sini ... Seger tau!"
Erni berteriak nyaring. Dengan tangan yang melambai-lambai. Nawa dan teman-teman yang lain pun ternyata sudah turun ke laut. Mereka nampak asyik bercengkrama dengan air asin itu. Rona bahagia terlukis jelas diantara wajah-wajah mereka, aku mengamati pemandangan yang kini berada di depan mataku.
"Aku kesana ya, Bu ... Titip sandal sama HP," ujarku pada Dita. Ia hanya mengangguk mengiyakan.
"Sini ke tengah, Vy!" Otong berteriak di tengah laut.
"Di sini aja, A, " teriakku lantang.
Selain karena takut tergulung ombak yang cukup besar, aku sama sekali tidak bisa berenang. Bahkan teknik-teknik renang dasar pun, aku tidak bisa. Jadi bermain air di tepi pantai dengan pelampung sewaan saja, rasanya sudah cukup membuatku bahagia. Yang penting bisa mencicipi asinnya air laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...