KKN udah masuk Episode 22 nih, sejauh ini Terimakasih untuk yang telah meluangkan waktu membaca cerita ini 🙏🏼
Happy Reading semuanya 🤗
_______________________________________🍂🍂🍂
Kata mufakat tidak akan terlahir tanpa proses diskusi atau musyawarah. Untuk mencapai kata tersebut, tentu dilengkapi dengan adanya adu argumen, perdebatan dan saling menyalahkan adalah hal biasa. Proses itulah yang menjadikan adanya hasil yang didapat dan disetujui oleh semua pihak.
Aku dan tim, tentunya dengan personel lengkap tengah melaksanakan musyawarah mengenai agenda selanjutnya yang akan dilaksanakan sebelum ditutupnya program KKN ini.
Setelah acara sharing tentang Cinematography berjalan dengan lancar dan hasil memuaskan, kami tak lantas puas begitu saja.Acara kedua yang akan kami selenggarakan adalah seminar manajemen administrasi tentang pendidikan Anak usia dini.
Acara ini bukan semata-mata kami ambil begitu saja, tapi dilatarbelakangi oleh informasi dari beberapa pihak sekolah Paud yang ada di desa ini. Maka setelah mendiskusikan dengan dosen pembimbing, tercetus lah ide untuk melaksanakan acara ini. Dengan mendatangkan pemateri, yang tidak lain adalah seorang ketua Himpaudi kota Tasikmalaya, yaitu Bu Ratih."Wan, surat-surat undangan untuk tiap sekolah udah dibagikan semua kan?" Tanya Syarif kepada Ridwan.
"Beres, Mang. Semuanya udah, kemarin."
"Oke, bagus."
"Bu Ratih udah fix siap ya, Man?"
"Siap, dia udah setuju." Jawab Rahman tegas.
"Sip bagus, Peserta udah, pemateri juga udah, untuk tempat juga udah, tinggal check konsumsi, banner, amplop buat pemateri, sama kasih tau lagi Bu Ita. Rin, gimana konsumsi sama amplop? Udah siap?"
"Udah beres, Mang. Nanti juga nasi box nya bakal dianter ke balai desa. Kemarin udah deal kok." Arina mencatat sesuatu di buku miliknya.
"Oke, bagus. Vya untuk daftar hadir, rundown acara, sama data peserta gimana?"
"Lengkap, Mang. Rundown acara juga udah di ACC sama Bu Ita. Paling itu kertas buat sertifikat belum beli. Iya kan, Mas?" Tanyaku pada Nawa yang tengah asyik dengan ponselnya.
"Iya, nanti pas ada yang ambil banner ke percetakan, sekalian aja beli kertas buat sertifikat peserta." Jawabnya.
Kini pandangannya beralih pada khalayak ramai yang berkumpul di ruang tengah.
"Oke, nanti Rahman kan yang bakal ambil banner ke percetakan? Sekalian beli sisa kebutuhan yang belum lengkap ya, Man?" Ujar Syarif lagi.
"Iya siap, nanti sore saya ke percetakan."
"Jadi semua ready ya. Buat Dita sama Erni, jangan izin dulu keluar oke. Kita fokus dulu sama acara kita."
"Siap, Mang. Aku udah cancel schedule ku, demi tim kita." Jawab Dita bangga.
Dita yang berprofesi sebagai guru di salah satu pondok modern memiliki kesibukan yang cukup padat, ditambah lagi job Henna art nya akhir-akhir ini sedang ramai. Jadi dua atau tiga kali dalam sepekan ia akan izin keluar untuk kepentingannya, dan Erni tak jarang menemaninya kesana kemari. Jadi mungkin Syarif mengatakan hal tersebut atas dasar track record nya Dita selama ini.Ba'da sholat ashar, aku dibonceng oleh Rahman menuju ke balai desa. Ia sengaja mengajakku berangkat lebih awal. Waktu sore sengaja dipilih, karena jam kerja para staf balai desa telah usai, jadi tidak akan mengganggu siapapun. Rahman berkata padaku, ingin mengajakku pergi mengambil pesanan banner, supaya bisa punya waktu untuk ngobrol lagi. Modus laki-laki memang hampir sama. Gumamku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...