#Episode_14
🌸🌸🌸
Bulan Agustus sudah memasuki tanggal puluhan, artinya euforia kemeriahan sudah berangsur surut. Kali ini tergantikan dengan kesibukan persiapan event Bina Wilayah desa. Yang akan dilaksanakan pada akhir bulan ini.
Kurang dari dua pekan lagi acara akan dihelat. Satu persatu persiapan sudah mulai dikerjakan. Mulai dari berbenah kantor desa, posyandu, dan sarana prasarana milik desa lainnya. Untuk masalah administrasi dan segala yang berbau tentang urusan kantor desa di urus oleh ibu pak kades dan jajarannya.
Aku dan teman-teman mendapatkan tugas membantu masalah teknis, mulai dari penyediaan persiapan penyambutan kedatangan ibu ketua penggerak PKK kabupaten dan jajarannya, masalah dokumentasi, pengambilan gambar dan video, dan segala hal yang bisa kami kerjakan tentunya dengan senang hati kami laksanakan, tapi atas perintah dan pendampingan dari Pak Kades, ibu kades, dan para ibu-ibu PKK.
Seperti sore yang cerah ini. Setelah beberapa hari cuti latihan senam dan paduan suara, karena sibuk menyambut acara Agustusan. Maka kali ini kami kembali memulainya. Rumah Bu Yuyun adalah tujuanku, Arina dan yang lainnya. Kali ini ada yang berbeda, tiba-tiba saja anggota tim laki-laki ingin ikut melihat latihan kami itu. Aku pribadi tak keberatan, silahkan saja.
Tepat pukul empat lebih sepuluh menit semua peserta senam sudah kumpul di halaman rumah Bu Yuyun. Maka tanpa buang-buang waktu, kami memulai latihan dengan semangat. Atas usulan dari para ibu-ibu yang cukup heboh, meminta para kaum Adam yang sedang menonton latihan senam untuk ikut serta menggerakkan badan.
Nawa, dan Reyhan tentunya menolak, mereka terlalu jaim alias jaga image di depan para ibu. Terutama Nawa, ia yang sudah mendapat julukan 'si ganteng kalem' dari Bu Yuyun dan Bu bidan pasti tidak mau citra nya jelek. Mereka hanya duduk diam menonton. Sesekali menertawakan gerakan Otong, Syarif, Ridwan dan Rahman yang nampak kaku dan asal-asalan.
Aku tak memiliki mata yang mampu melihat secara langsung ke dua arah, ke depan dan belakang. Tapi pantulan kaca jendela rumah Bu Yuyun menjadi mataku untuk melihat ke arah belakang. Gerakkan senamku tiba-tiba saja terasa kaku.
Faktor penyebab nya karena kakiku belum pulih benar setelah kejadian kemarin. Ditambah satu tatapan aneh dua bola mata tajam milik Rahman yang tak lepas dariku.
Setelah aku tahu kalau gerakkan ku terawasi, aku jadi kikuk, canggung dan agak kurang nyaman. Konsentrasi ku pun buyar."Neng Divya, kok gerakannya gitu? Salah, Neng."
Teh Nonik menginterupsi dengan nada riang. Aku terkesiap, tersenyum miring. Menggigit bibir bawahku, malu karena di tegur oleh Teh Nonik."Gak fokus, Teh Divya mah ... Pasti gara-gara diliatin sama Aa-Aa ganteng." Ujar Teh Yuli. Kemudian diiringi oleh gelak tawa para ibu lainnya, dan suara 'cie cie cie' pun tak terelakkan lagi.
"Ih ... Enggak, Teh Yuli mah ngarang." Kilahku.
Tapi bukan teh Yuli namanya kalau tak membuat kehebohan. Maka suara ledekan pun terus menggema, hingga aku ingin sekali menangis. Tapi menangis disini dan saat ini tentunya bukan pilihan yang tepat.
Aku ingin sekali melihat cermin.Mungkinkah pipiku merona merah? Ah malu sekali. Gara-gara Rahman.
"Besok jangan lupa ya, Neng, latihannya di rumah Pak Kades ya. Sekalian latihan nyanyi nya pake organ soalnya, supaya nanti gak canggung pas tampil hari H." Ujar Bu Yuyun lagi.
Kami pun mengangguk paham.
Selanjutnya, karena waktu sudah semakin petang, matahari pun mulai bergerak menuju peraduan, aku dan teman-teman pun meminta diri untuk pulang dan tak lupa menyalami satu persatu semua yang hadir disana, sebagai wujud penghormatan kepada yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...