Selamat malam, teman-teman 🙂
Tak bosan aku ucapkan terimakasih untuk semua yang telah berkenan menyimpan cerita ini ke reading list kalian, serta meluangkan waktu membaca cerita ini. Terlebih yang telah berkenan memberi vote juga komentarnya 🙏🏼
Selamat Membaca ...
🌼🌼🌼
Sepanjang sejarah hidupmu, adakah hal yang pernah mengejutkanmu? Sehingga kamu mengira itu hanya sebuah mimpi semata.
Semisal saat mendapat kabar kepergian seseorang, mendapat undian berhadiah, diputuskan kekasih secara tiba-tiba, atau justru dilamar oleh gebetan yang lama diincar?
Ketika seseorang mendapatkan hal yang membuat dirinya terkejut, maka secara otomatis pikirannya akan menerawang jauh hingga ke depan. Memikirkan hal apa saja yang akan dialaminya dalam jangka waktu lama dengan sosok-sosok yang berkaitan dengan kejadian ataupun hal yang membuatnya terkejut itu.
Sama seperti ketika seseorang mengatakan kalimat seperti ini. 'Ada hal yang ingin kutanyakan padamu'. Maka setelah mendengar kalimat tersebut, kita akan memutar ingatan jauh ke belakang atau mungkin sebaliknya, memikirkan kesalahan-kesalahan atau hal yang pernah diperbuat, mencoba menyiapkan jawaban yang tepat untuk merespon. Hal tersebut adalah reaksi psikologis, yang pasti akan terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Persis dengan apa yang tengah ku alami saat ini. Ketika tiba-tiba Mang Adam, adik dari ibu, mengunjungi rumah dengan membawa sebuah kotak berwarna merah menyala, membuat pikiranku berkelana entah kemana. Terlebih setelah tahu siapa pemilik kotak merah itu.
"Bukannya kamu udah sering saling kontek sama Rafka? Emang dia beneran gak bilang sama kamu mau kasih ini?" Mang Adam memegang kotak merah itu dan memperhatikannya seksama.
"Ya emang, cukup sering. Tapi ..."
Aku sama sekali tidak mengira kalau perkenalan dan kedekatanku dengan laki-laki bernama Rafka, alias teman dari Mang Adam ini membuatnya melakukan hal yang sama sekali diluar prediksi.
Namanya Rafka Rizaldi. Perkenalan kami bermula kurang lebih satu tahun lalu, melalui aplikasi chatting milik Mark Zuckerberg yang berwarna biru. Usut punya usut, ia adalah kenalan dari Mang Adam, lebih tepatnya teman dari Dicky, anak pertama Mang Adam yang tak lain adalah sepupuku, usianya lebih tua tiga tahun dariku.
Dari hasil perkenalan selama satu tahun terakhir, terlebih beberapa bulan belakangan, kami memang cukup akrab, saling bertukar pesan hampir setiap hari, meskipun hanya satu dua kalimat saja. Ia adalah seorang alumni S1 dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. Jurusan KPI alias Komunikasi Penyiaran Islam. Dan kini ia bekerja di sebuah radio ternama di Kotaku, juga sebagai seorang guru di sebuah SMP IT.
"Kata Rafka, ini sebagai simbol tali silaturahmi aja, Vya." Mang Adam menggeserkan kotak merah itu ke hadapanku.
Aku mengembuskan napas dalam-dalam. "Iya, tapi apa maksudnya, Mang? Gak mungkin kan dia ujug-ujug ngasih begituan kalo gak ada maksud lain, terus kenapa dia gak ngasih tau aku, atau kasih sendiri ke aku? Malah nyuruh Mamang?" Melipat kedua tangan di dada.
Mang Adam kini tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu atau patut untuk ditertawakan saat ini. Apa kata-kataku ada yang keliru?
"Jadi maksudnya pengen Rafka langsung yang kasih kotak itu ke kamu? Sambil bawa rombongan keluarganya?"
Alisku bertaut bersamaan dengan kalimat yang diucapkan Mang Adam. "Loh kok Jadi bawa-bawa rombongan keluarga? Apa hubungannya coba, Mang?"
"Ya iyalah, biar kayak di film-film gitu kan? Biar lamarannya kayak yang lagi musim sekarang, apa istilahnya tuh ... Hem, Engagement eh? Apa atuhlah itu aja pokoknya mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...