Lagi-lagi Nikah ?

4.2K 295 6
                                    

#Episode_16

Happy reading everyone ! ✨

🎍🎍🎍

Aplikasi chatting berwarna hijau yang akhir-akhir ini tengah nge-trend menampilkan dua buah pop up pesan masuk ke dalam smartphone-ku.

Benda bernilai tinggi yang pertamakali kubeli dengan hasil butiran-butiran peluh selama beberapa bulan.

Dua puluh menit setelah aku mengunggah foto kebersamaan di atas kawah, juga foto lain yang ku unggah yaitu saat Otong mengajakku selfie berdua, di jalanan, setelah berendam air panas. Dengan caption 'Every picture tells a story'

A Rahman KKN : Dimana?
A Rahman KKN : What story do you mean? 🙄

Arina sudah pulang sejak tadi sore ke rumahnya, dan Dita pun mendadak harus pulang karena katanya ada acara keluarga. Akhirnya hanya aku dan Erni yang tersisa di posko, bersama kaum Adam lainnya. Aku bangkit dari posisi tidur di kamar. sebelum membalas pesan balasan untuknya.

Me : Di posko.

Dan hanya berselang 120 detik saja, satu id caller number muncul di layar ponselku.

Rahman is calling ...

"Iya, ada apa?" Jawabku. Seraya melangkahkan kaki keluar kamar.

"Siapa, Teh?" Tanya Erni.

"A Rahman." Jawabku. Kemudian berlalu.

"Di posko rame? Lagi pada ngapain?" Tanya Rahman di seberang sana.

"Enggak, biasa aja. Ilma kan pulang kemarin. Arina sama Bu Dita juga pulang." Aku mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

"Kok pada pulang? Disana sepi atuh?"

"Yahh ... Lumayan, sekarang tinggal aku sama Teh Erni disini." Jawabku lesu. Memindahkan ponsel ke telinga kiri.

"Saya juga belum bisa ke sana nih."

"Udah biasa A Rahman mah, keseringan izin keluar posko."

"Iya iya saya tahu. Tapi kan saya izin ke Syarif kalau mau keluar. Ini juga bukan mau saya, habisnya urusan disini lebih penting." Jawabnya. Rahman tertawa.

"Ih malah ketawa, gak ada yang lucu juga." Aku meluruskan kaki diatas sofa.

Efek samping naik turun 1240 anak tangga, sekarang baru terasa. Betisku pegal-pegal, dan kaki bagian atas terasa begitu sakit.

"Urusan apa sih sampe lebih penting gitu?" Tanyaku penasaran.

"Urusan antara hidup dan mati." Jawabnya. Tak lagi terdengar suara tawa nya. Aku mengerutkan kening. "Pokoknya ini urusan emang lebih penting dari KKN, jadi saya gak bisa tinggal begitu aja."

Aku manggut-manggut saja. Padahal pasti Rahman tak melihat gerak-gerik ku.

"Hem ... Jangan-jangan lagi ngurus anak istri ya?"

Tiba-tiba saja kalimat itu meluncur tanpa rem dari mulut ku. Aku tertawa. Dan Rahman juga, tawa nya nyaring terdengar.

Sementara itu, aku merutuki diri sendiri. Karena tidak bisa mengontrol mulut.

"Anak istri dari Hongkong? Hahaha ... Orang istri aja belum ada."

"Masa sih? Gak percaya ah." Aku tertawa lagi.

Berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, aku merasa cukup nyaman berbicara dengan Rahman. Suaranya, terasa begitu nyaman kudengar dalam telingaku.

"Terserah kalau gak percaya mah, Neng. Kamu aja gimana yang jadi istri saya?"

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang