Alhamdulillah, akhirnya bisa update episode 32 nih ...
Dan, terimakasih banyak untuk yang telah mampir ke cerita ini, dan meluangkan waktu untuk membacanya.
Selamat membaca ... 💛
_______________________________________🍂🍂🍂
Aku tak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan ku ke depannya. Entah hari esok, lusa, Minggu depan atau bulan depan.
Rencana Allah memang tak seperti keinginanku, bahkan jauh dari ekspektasi yang telah kubayangkan, tapi walau bagaimanapun, aku harus tetap menerima semuanya dengan hati yang lapang dan ikhlas. Karena Dia Maha mengetahui segala sesuatu yang tidak kita ketahui.
Tetapi, untuk menerapkan konsep lapang dada dan ikhlas pada kenyataannya tak semudah membalikkan telapak tangan, juga tak semudah mencerna konsep-konsep itu saat disampaikan oleh guru saat masih belajar di bangku sekolah.
Berulang kali aku menghela napas dalam-dalam begitu melihat daftar yang dikirimkan pihak jurusan melalui grup WhatsApp kampus dan juga di papan pengumuman di depan kantor Jurusan, tentang nama-nama mahasiswa dan penempatan lokasi Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) sekaligus dosen yang akan membimbing kelompok untuk kegiatan tersebut 1,5 bulan kedepan.
Kebijakan baru yang ditetapkan pihak kampus juga jurusan, bahwa pelaksanaan PPL hanya 1,5 bulan saja. Sementara sebelumnya, waktu yang ditetapkan adalah dua bulan full. Bagiku sepertinya tak jadi masalah, tentang berapa lama waktu yang ditetapkan. Disaat teman-teman yang lain mempermasalahkan hal tersebut.
Katanya terlalu sebentar, ada juga yang mengatakan terlalu lama.Yang jadi masalah urgent bagiku adalah lokasi sekolah yang nanti akan menjadi tempatku menjalankan program PPL. Cukup jauh dari rumah. Kali ini, Allah tidak mengabulkan do'aku untuk ditempatkan di sekolah yang dekat dengan rumah.
Otakku masih mencerna apa yang akan terjadi dalam hidupku selama 1,5 bulan ke depan. Perubahan apa yang akan terjadi, atau adakah kendala yang berarti nanti?
Memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu, membuat kepalaku pening, disamping aneka macam persoalan yang telah ada, menambah kusut suasana hati dan pikiran ku.
Bagaimana caranya aku menghadapi situasi seperti ini? Disaat tak ada kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang bisa mengantarkan ku ke lokasi setiap hari nya. Sebenarnya ada, ojek online. Tapi, apa iya aku harus memanfaatkan jasa ojek online untuk pulang-pergi menuju lokasi PPL? Setiap hari? Menjerit-jerit yang ada dompetku!
Aku terus memutar otak, memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan ini.
Hingga satu ide muncul dalam benakku. Rumah indekos.
Iya, rumah indekos adalah pilihan paling tepat. Karena untuk meminta dipindahkan ke lokasi yang bisa dijangkau olehku adalah hal yang tidak mungkin. Karena pihak jurusan telah memberi peringatan keras, agar mahasiswa bersikap legowo menerima keputusan yang telah diputuskan oleh pihak lembaga.
Tapi, mencari rumah indekos di sekitar sekolah yang ramah lingkungan dan ramah di kantong, apa tersedia? Satu persoalan kembali muncul!
"Divya ... " Satu suara yang sangat ku kenali terdengar di telingaku. "Kita satu kelompok lagi, bareng sama si Erni juga." Arina nampak antusias.
Matanya berbinar menatapku yang tengah dilanda kebingungan setengah mati.
"Iya ..." Jawabku lesu.
"Aku juga sama kamu, Vy ... Seneng deh, ada temen deketnya." Ujar Riri.
"Hem ... Iya, Ri."
"Kok kayak gak seneng sih satu kelompok lagi sama aku?" Arina mengubah posisi duduknya. Pindah ke hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...