Hai everyone ... I'm back 😝
Selamat membaca kelanjutan episode sebelumnya, semoga suka 🙏🏼
🌼🌼🌼
Doa merupakan suatu permintaan, harapan, kepada Allah SWT dari seorang hamba-Nya, tentang segala hal yang diinginkan, dibutuhkan atau diimpikan.
Ketika kita berdo'a, maka kita dilatih untuk tetap sabar, konsisten, Istiqomah, dan tak putus asa atas rahmat-Nya. Sadar ataupun tidak, do'a yang kita panjatkan pada yang Maha Kuasa pasti didengar. Namun, tidak semua hal yang kita pinta adalah hal yang baik dan sesuai untuk kebaikan kita. Sebagai manusia biasa, seringkali kita merasa kurang atas segala hal yang diberikan-Nya, dan tak jarang pula kita meminta lebih.
Tidak terkecuali diriku. Aku kerap merengek meminta segala sesuatu pada-Nya. Dan aku selalu senang melakukannya berulang-ulang. Meskipun, tak semua pintaku diwujudkan-Nya sesuai dengan apa yang ku pinta dalam untaian doa. Karena, ku yakini bahwa segala hal yang terjadi dalam hidupku selama ini adalah yang terbaik menurut-Nya, sekalipun hal tersebut tidak kusukai.
Pernah ku merajuk, putus asa, pada-Nya, ketika apa-apa yang kuinginkan tidak terwujud padahal kurasa ikhtiar yang kulakukan sudah maksimal. Namun, kembali ku teringat akan firman-Nya.
wa 'asaaa an takrohuu syai'aw wa huwa khoirul lakum, wa 'asaaa an tuhibbuu syai'aw wa huwa syarrul lakum, wallohu ya'lamu wa antum laa ta'lamuun
"Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS : 2 : 216)
Beberapa waktu belakangan ini, semakin banyak do'a-do'a yang kupanjatkan pada-Nya, terkhusus tentang persoalan yang tengah ku hadapi, berharap solusi akan segera menghampiri diri secara pasti bukan hanya sekedar mimpi apalagi ilusi.
Kata-kata Devan benar-benar masuk ke dalam alam pikiranku, bahkan sampai kepada relung hatiku. Pasca kepergian Devan sore itu, aku kembali merenung, memikirkan poin-poin kesimpulan yang diutarakannya.
Bahkan aku mencatatnya dalam buku diary ku. Kata-kata memang seperti sebuah anak panah, apabila ia dilepaskan dengan cara yang benar maka ia akan melesat tepat menuju sasarannya, bahkan menetap dan tertanam disana.
Kata yang berasal dari hati, maka akan sampai kepada hati. Karenanya, jika ingin mengutarakan isi hati, pilihlah kata-kata yang memang benar-benar bisa sampai kepada hati.
"Akhirnya ketemu juga ya rumah Bapak." Ujarnya membuka pintu rumah. Setelah aku mengucap salam kedua. "Sama siapa kesini, Divya? Bawa motor?" Tanya Pak Ramlan. Dosen pembimbingku.
"Sendiri, Pak. Naik ojek online." Jawabku. Setelah dipersilahkannya duduk di ruang tamu minimalis kediamannya sekeluarga.
"Beneran sendiri? Enggak sama pacar, Div?" Tanyanya lagi dengan senyuman ramah. Membuatku tersipu malu sambil tersenyum canggung. Kemudian menggelengkan kepala mantap sebagai jawaban.
Sementara dalam hati, aku tertawa miris. Pacar? Ah makhluk seperti itu sepertinya untuk saat ini tak akan kuberi akses untuk masuk ke dalam hidupku. Cukuplah satu kali saja aku dibuat kehilangan berat badan hingga tiga puluh ons, dan kehilangan stok air mata hingga berliter-liter.
Sosok yang tengah menekuri bab terakhir draft skripsi ku kini tampak serius dengan kacamata bacanya, punggungnya bersandar pada sofa berwarna hitam empuk di seberang ku, kaki kanannya dinaikkan diatas kaki kiri.
Beliau berusia empat puluh tahun, informasi tersebut ku ketahui dari identitas para dosen yang terdapat di website kampus, ketika aku mencari tahu gelar dan Nomor Induk Dosen Nasional nya beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...