Pigura Cinta

2.9K 235 0
                                    

Seperti yang telah diketahui, bahwa acara perlombaan di Balai desa adalah keputusan dari pihak desa. Bukan acaraku dan tim. Karena sebenarnya program kerja dan kegiatan kami sudah selesai.

Hanya tinggal menunggu hari perpisahan dan pelepasan yang harusnya terselenggara hari ini. Di pagi yang cerah ini. Namun acara itu harus tertunda karena aku dan tim dimintai tolong untuk mensukseskan kegiatan menyambut Tahun Baru Hijriyah sekaligus perlombaan anak-anak yang dilaksanakan sejak kemarin.

Pagi ini acara pamungkas yaitu Lomba cerdas cermat antar madrasah Diniyah se-Desa Sukamahi. Peserta yang berpartisipasi cukup banyak, ditambah dengan banyaknya supporter yang hadir memenuhi halaman balai desa. Para peserta sudah bersiap dengan regu masing-masing diatas meja yang terletak di atas panggung.

Masing-masing regu terdiri dari tiga orang anak. Tepat pukul 08.30 WIB acara dimulai dengan sambutan dari Pak Usman selaku penanggung jawab kegiatan ini.

Nawa dan Syarif bertugas menjadi pembaca soal untuk peserta. Ridwan dan Arina menuliskan skor yang diperoleh setiap regu. Bicara soal Arina, ia sudah cukup membaik setelah seharian kemarin bergelung dengan kekesalannya. Hingga malam ia tak keluar kamar, bahkan melewatkan jam makan malamnya. Tapi untunglah semua sudah nampak biasa saja hari ini.

Sementara itu, aku dan yang lain duduk menonton acara yang tengah berlangsung di depan panggung, bersama anak-anak yang lain, sekaligus menjadi supporter bagi mereka yang sedang bertanding di atas panggung. Anak-anak dari setiap madrasah bersorak dengan semangat, mendukung teman-temannya yang lomba.

"Ada berapakah sifat yang mustahil bagi Allah? Coba sebutkan satu persatu!" Syarif membacakan salah satu soal di babak rebutan.

Ting ... Ting ... Ting ...

Suara gelas dipukul oleh regu A yang diketuai oleh Alna dari madrasah Hibah. Salah satu madrasah Diniyah yang terletak di dekat posko tempatku tinggal.

Seperti biasanya, Alna memang salah satu anak yang kuketahui cukup pintar. Beberapa kali aku masuk kelas di madrasah, ia selalu unggul diantara teman-temannya. Begitu juga saat mengaji, bacaan Alquran nya lancar, hapalan nya juga bagus. Maka tak heran kalau kali ini regu Alna memimpin perolehan nilai dalam lomba cerdas cermat ini.

"Iya betul ... Nilai 100 untuk regu A ..." Teriak Syarif penuh semangat.

"Oke sampai sejauh ini, regu A Masih memimpin perolehan nilai. Jadi, dalam babak ini putaran ini regu A akan maju ke babak final ... Tepuk tangan untuk regu A ..."

"Baiklah adik-adik, sekarang kita istirahat sebentar, sebelum melanjutkan ke babak final. Jadi jangan pulang dulu ya ..." Nawa berucap dengan mikrofon nya.

Di menit berikutnya anak-anak nampak berhamburan menyerbu para pedagang jajanan yang ada di sekitar balai desa.

***

"Kamu aja yang masuk, Neng. Saya tunggu disini ya." Ujarnya.
Begitu aku turun dari atas motor seraya memberikan helm padanya.

"Kok gitu, A? Ayo atuh bareng ..." Keningku terlipat tiga. Alisku bertaut bingung.

"Belajar mandiri, ayo ah ... Saya tunggu disini, gak kemana-mana."

Belajar mandiri? Apalagi maksudnya. Akhirnya daripada aku berdebat di parkiran. Aku putuskan untuk melenggang sendiri masuk ke dalam percetakan di jalan Selakaso ini. Disambut ramah oleh karyawan berjilbab hitam yang duduk dibalik layar komputer.

"Teh, saya mau ambil pesanan banner atas nama Rahman. Dia kemarin sore kesini."

"Oh iya, boleh saya lihat struk pembayarannya?"

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang