Well, Episode 26 tayang nih. 😁
Selamat Membaca ...🍁🍁🍁
Sekuat apapun kita menolak untuk bertemu dengan perpisahan, akan lebih kuat lagi kuasa-Nya menghadirkan perpisahan itu. Karena sejatinya, setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan.
Empat puluh lima hari sudah aku mengabdikan diri disini, di desa yang memberikan banyak sekali pelajaran hidup untukku. Selama kurun waktu itu, aku telah mencoba melakukan semua hal terbaik yang ku bisa.
Berharap kehadiranku dan teman-teman memberi kesan yang baik untuk siapapun mereka yang pernah mengenalku. Dan menyimpannya kesan baik itu dalam ingatan jangka panjang mereka.
Karena aku pernah membaca sebuah kutipan seseorang, 'People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel' kurang lebih artinya seperti ini 'Orang akan lupa dengan apa yang kamu katakan, orang juga akan lupa dengan apa yang kamu lakukan, tapi orang tidak akan lupa bagaimana kamu membuat kesan bagi mereka'
Sebagian warga masyarakat desa Sukamahi hadir dalam acara ini, Tabligh Akbar dan istighosah dalam menyambut datangnya tahun baru Hijriyah. Suasana balai desa sangat ramai, para tokoh masyarakat, petinggi aparat pemerintahan juga hadir malam ini.
Selepas tabligh Akbar dan istighosah dipimpin oleh seorang ustadz kenamaan di desa Sukamahi ini, maka acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua tim KKN ku, yaitu Syarif. Juga penyerahan simbolis cinderamata kepada pihak pemerintah desa.
Acara cukup mengharu biru ketika Syarif memohon maaf, mengucapkan terimakasih kami semua kepada semua pihak yang ada di desa tanpa terkecuali, dan meminta diri untuk pamit meninggalkan desa sejuta cerita ini.
"Kiranya itu yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya pribadi mewakili semua anggota tim KKN ini mengucapkan sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Semoga Allah memberikan usia dan kesempatan itu kepada kita semua ... Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Syarif pun turun dari atas panggung, kulihat air matanya sempat menetes membasahi pipi. Kembali duduk bersama kami di depan panggung bersama para tamu undangan yang hadir.
Dita selaku pembawa acara, kembali melanjutkan rangkaian acara lainnya. Kali ini waktunya suguhan hiburan, Pak Usman mengundang satu grup tim Gambus Arab bernama 'Gambus A-Ba-Ta-Tsa'.
Grup yang berasal dari Singaparna, lebih tepatnya dari salah satu Pondok pesantren yang ada di daerah Singaparna. Suasana menjadi riuh, sorak Sorai dan tepuk tangan bergema ketika para personel grup gambus itu naik ke atas panggung. Yang menjadi pusat perhatian adalah dua orang personel perempuan berparas cantik dan anggun yang berperan sebagai vokalis utama. Para pemain alat musik lainnya terdiri dari enam orang, laki-laki semua.
Lagu-lagu yang dibawakan tidak jauh beda dengan lagu yang sedang hits saat ini. Kun Anta, Dien assalam, Ya 'Asyiqol Musthofa dan lain sebagainya, mirip dengan Sabyan Gambus yang vokalisnya bernama 'Nisa Sabyan'. Belasan lagu dinyanyikan oleh mereka, beberapa warga pun ikut naik ke atas panggung untuk menyumbangkan lagu, termasuk Syarif.
Ia dengan percaya diri berduet dengan salah satu vokalis utama, padahal suara Syarif tidak terlalu merdu. Tak sampai disana saja, Syarif menarik Nawa untuk ikut serta ke atas panggung. Nawa tak seperti biasanya, ia tampak malu-malu ketika menyenandungkan satu buah lagu.
Mungkin karena riuhnya tepuk tangan teriakan dari bawah panggung, fans nya Nawa tak terima melihat idolanya berduet dengan penyanyi cantik itu.
Tepat pukul 22.30 acara berakhir dengan rapi. Para tamu undangan sudah pulang sekitar setengah jam lalu, yang terakhir adalah grup gambus dan keluarga pak Usman. Sedangkan aku dan tim membereskan barang-barang dan Balai desa terlebih dulu. Membuatnya seolah-olah tak ada acara malam ini. Yang tersisa dari semua hal yaitu panggung dan tenda yang belum sempat dibereskan kembali. Karena itu adalah tanggung jawab pihak yang memiliki panggung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...