Tetesan Air Mata ...

3.1K 245 4
                                    

Terimakasih banyak untuk semuanya yang telah berkenan mampir dan membaca cerita ini 🙏🏼

Selamat Membaca ... 💚
___________________________________________

🍁🍁🍁

"Jangan pada tidur lagi!"

Syarif memberi perintah begitu aku dan yang lain memasuki pintu rumah. Dengan hawa kantukku yang belum sirna.

"Iya, mang." Jawabku berbarengan dengan Arina. Dita dan Erni sudah masuk kamar terlebih dulu.

"Jangan iya iya aja, jam 8 kita mesti ke balai desa pamitan ke semuanya. Terus pulang dari desa beres-beres posko." Ujarnya lagi.

Meski tadi malam sudah perpisahan, tapi tetap saja para staf pegawai desa tidak hadir semua ke acara perpisahan. Jadi, pagi ini aku dan teman-teman berniat untuk melakukan silaturahmi yang terakhir kalinya sebelum benar-benar meninggalkan desa ini.

Kondisi kamar yang ku tempati sudah bak kapal pecah. Baju-baju kotor dan bersih milik Erni dan Dita bertebaran dimana-mana, sedangkan milikku sudah ku masukkan ke dalam koper. Hanya tinggal satu baju yang sengaja ku sisakan untuk hari ini pulang.

Aku duduk di tepi tempat tidur, memasukkan pakaian kotor bekas berendam air panas ke dalam ember, maksud hati ingin mencuci nya sekarang, tapi apalah daya, tanganku tak bisa melakukannya. Sementara Arina sudah memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam koper, ia sepertinya sudah siap pulang.

"Vy ... Nanti beli dulu cinderamata buat ibu ya, sama buat wakaf di masjid, ini uangnya ... Aku udah bicara sama si Rahman, belinya di pasar Indihiang aja biar deket." Arina menyerahkan uang lima puluh ribuan empat lembar.

Aku menerima uang tersebut. "Beli alat-alat kebersihan sama perabot rumah tangga kan?"

"Iya, uangnya bagi-bagi aja sama kamu. Kalau bisa jangan melebihi budget ya."

Arina nyengir. Aku pun paham dengan maksudnya.

Karena, walaupun KKN berakhir, tapi kebutuhan tim masih tetap ada, salah satunya untuk pembuatan laporan akhir, yang masih memerlukan dana yang lumayan besar.

***

Pukul 08.15 WIB aku dan teman-temanku sudah nongkrong di halaman balai desa. Menunggu Pak Kades dan jajarannya, untuk silaturahmi seperti yang telah direncanakan. Beberapa staf dan warga masyarakat yang memiliki kepentingan sudah mulai berdatangan, meski tidak mengenal satu sama lainnya, aku dan tim tetap menyalami mereka dengan ramah. Sampai akhirnya, Pak Kades pun tiba dengan ibu Kades.

Mereka selalu nampak serasi. Begitu turun dari mobil operasional desa. Memang yang namanya jodoh selalu terlihat pas dari segi apapun. Senyum sumringah diantara keduanya mengembang begitu melihat kami sudah menunggu di depan kantor.

"Mau pada pulang sekarang?" Tanya Bu Kades ramah. Ketika kami menyalaminya, bergantian dengan pak kades.

"Insyaallah nanti siang, Bu." Jawab Arina.

"Oh iya, ibu sama bapak titip salam untuk orangtua di rumah ya. Hati-hati di jalan. Nanti kalau ada kesempatan jangan lupa main kesini lagi." Ujar Pak Kades.

"Insyaallah, Pak." Jawabku serempak dengan yang lainnya.

Sebagai kenang-kenangan terakhir, Pak Kades mengumpulkan staf nya untuk melakukan sesi foto bersama dengan kami. Hanya beberapa saja staf yang mengikuti, karena sebagian lagi sedang berada diluar kantor, untuk beberapa keperluan. Termasuk pak Usman selaku sekretaris desa pun tak turut hadir. Tak lama setelah itu, Pak Kades dan ibu berpamitan, karena harus menghadiri acara di kantor Kabupaten.

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang