Cincin Mahar ?

4.1K 280 3
                                    

#Episode_18

Terimakasih telah berkunjung dan membaca cerita ini ... 🙏🏼

Happy reading everyone 🙂

💍💍💍

Tak ubahnya seperti roda kendaraan yang berputar melaju menyusuri jalanan untuk sampai pada tujuan yang ingin dicapai. Bumi yang berputar mengelilingi matahari, setiap hari 24/7 selama 365 hari. Sejak ribuan tahun lalu sampai saat ini. Matahari dengan setia terbit di ufuk timur lalu beralih ke ufuk barat, selalu seperti itu.

Pun demikian dengan diriku. Yang menjalani hidup lebih dari satu purnama di desa yang menenangkan ini. Hari-hariku hampir sama, bangun pagi-pagi, menunaikan kewajiban, ke walang, beres-beres kamar, bersih-bersih diri, melaksanakan macam-macam kegiatan sesuai agenda, seperti pergi ke TK, ke SD, ke madrasah, magrib mengaji, menghadiri pengajian mingguan dan masih banyak lagi. Aku mulai hapal dan paham jadwal kegiatan-kegiatan tersebut tanpa harus melihat jadwal tertulis.

Tepat pukul 07.30 WIB. Kami semua dengan formasi lengkap sudah nangkring di halaman balai desa. Sesuai instruksi dari Bu Kades dan Bu Yuyun tempo hari, bahwa hari ini kami akan melaksanakan kerja bakti, gotong royong membersihkan lingkungan balai desa, meliputi jalanan, kantor desa, posyandu, puskesmas pembantu, dan juga rumah sehat untuk event Bina Wilayah desa yang akan terselenggara lusa.

Seperti biasa, dimana ada kami semua pasti suasana menjadi ramai seketika. Pun demikian kali ini, Arina yang memiliki sense of humor yang tinggi akan selalu lincah mengeluarkan guyonannya. Sangat nyambung dengan Otong, Syarif dan Ridwan, tapi lebih tepatnya kalau dengan Ridwan, mereka seperti Tom and Jerry, jarang sekali bisa akur.

Suasana mengalir begitu saja. Sampai kulit perut terasa nyeri karena kebanyakan tertawa.

Selang beberapa waktu, Sebuah motor N-max berwarna abu memasuki pelataran balai desa. Dua sosok orang paling disegani dan memiliki kebijakan tertinggi di desa ini, Pak Kades dan Bu Kades.

"Eh udah pada disini? Udah lama ya?" Sapa Bu Kades. Ketika kami bergantian menyalami beliau dan Pak Kades.

"Enggak, Bu. Kami baru datang." Jawab Syarif.

"Personelnya lengkap nih? Semua hadir ya?" Tanya Pak Kades.

"Lengkap, Pak."

"Baguslah ... Kompak nih ya."

Setelah basa-basi sebentar, bapak dan ibu Kades berpamitan untuk masuk terlebih dulu ke dalam kantor. Dan kami disuruh untuk menunggu ibu Yuyun. Beliau yang akan mengkoordinir kegiatan hari ini.

***

Sebuah rumah sederhana bercat kuning terang dan kusen cokelat tua, berdiri tegak di depan mataku. Rumah yang terletak sekitar 100 meter dari balai desa itu akan menjadi sebuah rumah percontohan bagi program 'Rumah Sehat' untuk acara bina Wilayah lusa.

Dalam pandanganku, rumah yang berada di tengah-tengah pesawahan itu seperti sebuah vila. Sekeliling nya ada kebun sayuran, sawah, sungai kecil dan kolam ikan. Dan juga sebuah gazebo kayu cukup luas berdiri tegak di halaman rumah itu. Nuansa asri begitu terasa, kedamaian pasti tercipta dengan mudah siapapun yang tinggal disana. Jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Sangat cocok untuk menenangkan diri.

Memang benar di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jika suasana rumah itu begitu terasa sempurna ku rasakan, tidak dengan si pemilik rumah. Sejauh ini dari informasi yang kudapat, di rumah tersebut ada sepasang suami istri yang tinggal. Usia mereka berada di kisaran angka enam puluhan.

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang