#Episode_21
Happy Reading, Everyone 🤗
Terimakasih telah berkunjung dan membaca cerita ini 🙏🏼
___________________________________
Selepas acara Bina Wilayah di Balai desa dua hari yang lalu, aku dan tim kini sibuk mengurus persiapan acara selanjutnya. Yaitu Workshop Cinematography. Semua tim mendapatkan porsi tanggung jawab masing-masing, mulai dari permohonan izin sesepuh, dari tingkat RT sampai Kades, permohonan izin tempat, pembagian undangan untuk peserta, dekorasi, dokumentasi dan logistik, juga tak lupa masalah konsumsi.Sesuai arahan dan petunjuk dari pak Usman, Pak RT dan yang lainnya akhirnya keputusan final diambil, padepokan silat menjadi lokasi diadakannya acara untuk program kerja kami selanjutnya yaitu mengadakan sharing bersama para remaja yang ada di desa Sukamahi ini.
Materi sharing yang kami ambil yaitu tentang memaksimalkan teknologi android smartphone untuk menciptakan karya melalui foto dan video.
Nawa sebagai penggagas acara tersebut. Ia adalah sosok yang cukup jago dalam bidang tersebut. Dan ia juga mengambil peran sebagai pemateri atau pembicara dalam acara tersebut. Hampir semua remaja yang ada di desa ini memiliki smartphone Android, maka dari itu Nawa mengambil peluang untuk menebar ilmunya untuk mereka agar lebih bisa memanfaatkan teknologi android dengan lebih maksimal lagi.
Perihal tempat acara sudah siap seluruhnya, sejak pagi tadi aku dan tim membereskan area yang cukup luas tersebut. Tentunya dengan bantuan dari pihak pengelola padepokan.
"Snack box masih belum datang, Vy?" Tanya Syarif.
"Belum, Mang. Janjinya kan ba'da ashar. Iya kan, Rin?"
"Iya, lagian nanti juga tukang Catering nya pasti ngasih kabar kalau nganter pesanan mah."
Jadi, hal yang tengah ditunggu kali ini adalah catering pesanan untuk acara nanti malam. Kami sengaja memesan Snack box untuk acara dari sebuah jasa catering di sekitar wilayah kecamatan Indihiang, supaya tidak repot. Karena pekerjaan di posko pun sudah cukup menguras energi. Terlebih lagi akhir-akhir ini semua orang terasa lebih emosional dari biasanya. Mungkin efek samping dari kegiatan yang cukup padat sedangkan waktu istirahat terbilang singkat.
"Oh gitu. Itu tempat udah ready ya. Nanti saya sama Otong berangkat kesana ba'da magrib, sekaligus mastiin semuanya beres. Terus kalian ba'da isya langsung nyusul kesana. Kalau mau berangkat dari ba'da Magrib juga boleh sih."
"Iya siap, Mang."
"Eh, si Mas Nawa nya kemana? Dari tadi kok gak keliatan ya?" Tanya Erni.
"Di Gunungsari, Teh. Poskonya Riri, Katanya mau konsentrasi nyiapin materi. Kalau disini gak konsen, banyak gangguan. Tadi gitu bilangnya di WhatsApp." Jawabku.
"Halaahh ... Modus si Mas Nawa mah, bukannya disana gara-gara ada temen kamu itu, Vy? Siapa namanya aku lupa? Hem ... Mia kan?" Tanya Arina dengan nada kurang bersahabat.
"Iya, Mia. Ah gak tau, dia bilangnya gitu pas tadi pagi aku WhatsApp." Jawabku kemudian.
Mia adalah seorang teman lamaku, tapi kami berbeda jurusan. Dia mengambil jurusan Ekonomi Syariah, kami pun tidak bisa dikategorikan dekat, hanya sekedar teman biasa saja, tidak dekat dan tidak jauh pula.
Kenapa Arina bisa berbicara seperti itu tentang Nawa? Aku pribadi tidak tahu pasti, yang jelas beberapa kali Mia sempat menanyakan beberapa pertanyaan tentang Nawa padaku. Aku hanya menjawabnya sesuai dengan apa yang kutahu saja. Pun sebaliknya, Nawa pernah beberapa kali bertanya padaku tentangnya. Dan jawabanku persis, hanya sebatas yang ku tahu saja. Dan juga aku pernah beberapa kali mendengar selentingan kabar tentang kedekatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...