Apa yang Salah dengan Diriku? (46)

2.4K 181 55
                                    

Selamat Malam teman-teman ...
Masih adakah yang menanti kelanjutan dari ceritaku ini?

Selamat Membaca kelanjutan episode sebelumnya 🙏🏼

🌺🌺🌺

"Ibu-ibu ... Kalau mau bahagia, mau hidup tenang, atau mau apapun, minta saja pada yang Maha Kuasa. Allah SWT  jelas telah berfirman dalam Al-Qur'an. "Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu."

"Allah itu tidak akan pernah bosan dimintai apapun, maka sering-seringlah meminta apapun pada-Nya, agar kita diingat oleh Allah. Justru kalau kita tidak berdo'a, tidak meminta pada-Nya, kita dianggap sombong. Punya masalah, hati gelisah, rizki kurang berkah, mintalah pertolongan-Nya. Dijamin, semua akan segera membaik, asalkan kita sungguh-sungguh dan istiqamah dalam berdo'a ..."

Seketika itu juga ulu hatiku tertohok, ceramah hari ini disampaikan oleh salah satu guru ngaji dalam pengajian mingguan Ibu-ibu disini benar-benar menamparku habis. Hingga aktivitasku mengetik tugas akhir terhenti seketika.

Kuakui masih sering lupa bersyukur, masih sering berlaku sombong atas diri ini, padahal aku bukanlah apa-apa dan tak bisa berbuat apapun tanpa kuasa-Nya. Tak jarang aku hanya bersimpuh ketika jiwaku rapuh dan butuh, seringkali aku lupa bersyukur padahal karunia-Nya tak terukur.

Masalah yang mendera jiwa ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan permasalahan yang mungkin lebih kompleks yang dialami oleh mereka diluar sana. Tidak punya keluarga, hidup sebatang kara, tidak bisa makan dengan layak, tidak memiliki tempat bernaung, tidak bisa melanjutkan pendidikan karena tersandung persoalan biaya, sakit yang berkepanjangan atau semacamnya.

Ini hanya rasa sakit yang menghimpit, aku yakin akan bisa segera bangkit, meski sungguh terasa begitu sulit, perasaan ini membuat jiwaku terasa berat untuk menatap hari esok. Dan rasa sakit ini tak lain karena pilihanku, because of my choice.

Menceritakan masalah yang kualami kepada keluarga, teman-teman terdekat dan Allah sudah kulakukan. Dari mereka, aku mendapat dukungan, suntikan semangat dan tentunya priceless advice, altough it couldn't makes my problem solved.

Dan sampai hari ke tujuh, aku masih kesulitan menjalani tekad yang telah ku buat tersebut. Air di mataku selalu berhasil menerjang benteng pertahanan yang mati-matian ku bangun. Bayangannya, kata-kata manisnya, suaranya, bahkan aroma parfumnya masih tersisa di kamarku, karena blouse batik pemberiannya berbau harum parfumnya, belum ku kenakan sama sekali, masih terlipat rapi di lemari.

Selama kurun waktu itu juga aku masih ingat bagaimana rasa malas menggelayuti diri untuk sekedar beranjak dari tempat tidur, mata sembab, kantung mata menebal, dan alunan musik sendu mengisi kekosongan diri di ruang gelap yang disebut kamar. Aku juga harus bisa berpura-pura menyimak, menanggapi, dan berbaur dengan obrolan teman-teman, yang tidak tahu tentang kisah yang menimpaku, berkedok seolah aku 'baik-baik saja.'

Aku memberi tanda lingkaran pada setiap angka pada kalender di kamarku, dengan spidol berwarna ungu, menandakan bahwa I'm real single. Katanya warna ungu identik dengan warna jomblo? Aku tidak tahu pasti bagaimana hal itu bermula.

Setelah hari itu, kini jari tangan dan mulutku berhenti pada hitungan ke lima belas. Artinya dua pekan lebih satu hari semuanya berlalu, sejak hari itu aku bertekad sebisa mungkin, sekuat mungkin tidak akan membasahi mataku dengan air mata, hanya gara-gara patahnya hati.

Patah hati merupakan sebuah metafora untuk mendeskripsikan keresahan, rasa sakit yang dirasakan secara emosional. Biasanya karena kehilangan sosok pasangan, sosok pahlawan dalam hidup atau sosok yang memiliki arti tersendiri bagi kehidupan, entah karena berpisah fisik maupun psikis akibat putusnya hubungan, atau karena kematian. Atau bisa juga patah hati terjadi karena adanya penolakan dari sosok yang diinginkan.

KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang