Hallo ... Selamat Membaca Kelanjutan Episode sebelumnya, teman-teman ☺️
_________________________________________________🍂🍂🍂
I'm so glad that I have a chance for being a helpful person.
At least, Aku tidak hanya menjadi seonggok daging bernyawa yang memenuhi alam semesta tanpa guna dan makna. Meskipun, aku belum bisa menjadi pribadi yang banyak memberi banyak kontribusi bagi orang-orang di sekitarku, agamaku, atau negaraku ini.
Karena "Khoirunnas 'Anfa'uhum Linnas" sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Little thing that I can do, I'll do. Contohnya dengan berbagi isi kepala dengan sesama teman seperjuangan yang kini tengah berada di saung WiFi zone, di siang yang terik ini.
"Divya, bukannya itu si Rahman ya?" Arina memberi informasi. Ketika kedua mataku sama sekali tak menyadari kehadirannya.
"Mana?" Tanyaku berbisik-bisik. Karena takut orang-orang yang ada di sekitarku menyadari tingkahku yang tiba-tiba jadi tak karuan. Paham kan bagaimana rasanya saat tiba-tiba tak sengaja mendapati sosok orang yang disayang berada tak jauh dari pandangan? Namun sosok itu terlalu sukar untuk diraih. Yang pasti organ tubuhku yang bernama Jantung itu berdegup dengan kencang.
"Itu, duduk di depan kantor ADM bareng sama si Gilang."
Untuk menuntaskan rasa penasaranku, ku ikuti kemana sorot mata Arina mengarah. Benar saja, ia duduk dengan wajah sumringah, persis seperti saat ia tertawa denganku di masa-masa indah itu.
Entah radar apa yang hadir diantara kami, tepat saat netra ku membidiknya dari kejauhan, ia mengarahkan pandangannya padaku, kemudian garis lengkung itu terlukis di wajahnya. Seketika, pipiku terasa hangat. Sebahagia itu hatiku, hanya dengan seulas senyum sederhana yang kurasa penuh ketulusan. Aku menggigit bibir bawahku, kemudian mengalihkan fokus pada laptop yang ada dalam pangkuan.
"Eh eh ... Dia senyum kesini, Vy." Bisik Arina lagi.
Mendengar ucapan Arina, aku menggelengkan kepala. Memberikan kode pada Arina agar tidak terus memperhatikan sosok yang ada di seberang sana. Dan ia pun paham, akhirnya kami melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Teh Divya, Teh Divya ... Yang ini gimana ya? Kok jurnal nya gak bisa dibuka?" Ujarnya sambil menunjukkan layar laptop padaku.
Aku menggeser posisi duduk, setelah meletakkan laptop ku diatas tas. Kemudian menghampirinya, kemudian mengecek keluhannya. "Oh ... Ini mah diprivat jurnal nya, Mil. Jadi gak sembarang orang bisa akses. Coba cari yang lain deh." Usulku pada Mila.
"Bisa tolong cariin gak, Teh? Hehe." Mila tersenyum lebar.
Aku menghela napas dalam-dalam. "Oke, tema nya tentang apa?" Mila pun menyebutkan tema dari tugasnya, kemudian aku mengetikkan nya di search engine di laptopnya.
"Vy, aku mau jajan ke kantin sama si Erni, mau titip gak?"
"Iya, tunggu." Meraih uang di dalam saku tas. "Gorengan aja, sama es teh." Ucapku sambil menyerahkan uang pada Arina.
Tak buang waktu lagi, Arina dan Erni beranjak ke tempat tujuan. Langkahnya begitu girang, Arina hampir tidak pernah menunjukkan rasa sedihnya, ia selalu tampak ceria dan riang dalam berbagai kesempatan. Dilihat dari sisi luarnya, Arina memiliki kehidupan yang sempurna, keluarga hangat, kondisi ekonomi mapan, paras rupawan juga kualitas otak tak perlu diragukan. Dan satu lagi, ia juga memiliki seorang kekasih yang baik, setia dan sabar menghadapi sikap Arina yang terkadang ceplas-ceplos. Ah ... Sungguh hidup yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...