#Episode_15
🌲🌲🌲
Aku menggeliat perlahan. Melemaskan otot-otot yang cukup kaku. Mataku masih terpejam sempurna. Tapi sayup-sayup suara takbir dan beberapa suara yang ku kenal terdengar di telingaku.
Perlahan tapi pasti, bola mataku terbuka. Kilauan cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar. Saat nyawaku sudah terkumpul sempurna, aku menangkap sosok Arina, Erni, dan Dita tengah sibuk mematut diri di depan cermin. Pakaian mereka pun sudah rapi.
Ku pastikan mereka akan segera berangkat ke masjid untuk shalat sunah idul Adha. Aku memang sengaja tidak bangun pagi, karena selain sedang berhalangan alias sedang datang bulan, aku pun tak memiliki jadwal piket. Jadi bebas tugas.
"Mandi, Vy ... Yang lain udah pada cantik juga." Ledek Arina, kali ini ia mengenakan mukena warna cokelat motif bunga-bunga milik nya.
"Teh Divya ... Bangun eh." Ujar Dita.
Ia tengah asyik mengukir alisnya. Padahal tanpa pensil alis pun ia sudah cantik, karena dianugerahi alis tebal. Tidak seperti ku. Aku selalu iri pada mereka yang memiliki alis hitam dan tebal. Tanpa riasan apapun wajah Dita sudah cantik, hidung mancung, mata bulat, ah persis orang India.
"Teh Divya pasti mau bilang 'Ih bobo nya kurang lama, gak kenyang ..." Ujar Dita lagi, kali ini diikuti dengan gelak tawa teh Erni dan Arina.
Pada awal-awal masa adaptasi dulu, saat bangun tidur, aku pasti selalu berkata seperti itu. Persis seperti yang diucapkan Dita. Karena memang saat itu, aku masih belum bisa tidur dengan nyenyak. Jadi saat aku baru saja terlelap, rasanya waktu sangat singkat. Aku harus kembali bangun.
Alih-alih bangun dari tempat tidur. Aku justru kembali menarik diri ke dalam selimut. Dan kembali bergelung dengan kasur. Tapi kali ini tidak tidur betulan, hanya tidur-tiduran saja. Menunggu suasana rumah sepi. Baru aku berniat untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, setelah kepergian Arina dan lainnya. Aku beranjak dari posisi nyamanku. Membereskan kamar juga tempat tidur. Sebelum akhirnya beranjak ke kamar mandi.
Shalat Ied pun sudah dimulai, terdengar dari mikrofon masjid di belakang posko. Aku segera menyelesaikan kegiatan ku di kamar mandi. Dan tak lama, aku keluar dengan handuk tersampir di pundak, serta gayung di tangan kananku. Begitu melewati ruang tengah, yang bersebelahan dengan kamar laki-laki.
Aku menangkap sesuatu yang aneh disana. Sosok tak asing tengah bergelung dibalik sleeping bag warna merah, serta sarung berwarna coklat kotak-kotak menutupi wajahnya. Aku berpikir keras untuk hal itu. Dapat ku pastikan bahwa sosok itu adalah Otong.
Apa mungkin ia kesiangan? Untuk alasan yang sama denganku adalah hal mustahil. Jadi alasan dia tak shalat sunah itu apa? Dengan pikiran masih berkecamuk, aku meninggalkan tempat itu.
Melihat kondisi kamar sudah rapi, aku akhirnya duduk diatas karpet. Sedikit menyapukan bedak setelah sebelumnya kupakai pelembab wajah. Lalu pensil alis untuk sedikit menegaskan alisku. Jangan bayangkan aku memakai pensil alis dengan garis yang nyata hitam bagaikan ulat bulu. Aku hanya mengukirnya tipis. Sangat tipis.
Bahkan nampak seperti tak memakainya. Yang terakhir, aku mengoleskan lipstik warna peach di bibirku. Dan selesai. Aku beranjak dari sana, segera merapikan kerudung karena ku dengar suara di masjid sudah bubar.
Berbeda dengan lebaran idul Fitri, yang identik dengan baju baru, suasana haru saling bermaafan, dan aneka makanan khas lebaran, seperti opor ayam, ketupat sayur, kue-kue kering dalam toples dan banyak lagi.
Di lebaran idul Adha, semuanya terasa biasa saja, tak ada yang hal-hal seperti yang disebutkan tadi. Apalagi kali ini, aku berada di kampung halaman orang. Alias sedang dalam masa perantauan. Jadi ya setelah saling bermaafan bersama ibu posko dan bapa, juga beberapa tetangga yang lewat, serta teman-teman yang masih bertahan di posko, aku dan teman-teman hanya duduk-duduk santai di sofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - Kuliah Khitbah Nikah (COMPLETED - Proses REVISI)
General FictionBagi mahasiswa, KKN tentunya bukanlah hal asing. Namun, bagi perempuan bernama Divya Safitri, KKN adalah mimpi buruk yang membuatnya ingin segera terbangun. Sebuah desa di kawasan Gunung Galunggung menjadi lokasi yang harus ia taklukkan demi menunt...