concert tickets

809 57 53
                                    


"Apa yang kau rencanakan untuk libur panjang akhir tahun ini?"

Aza seketika menunda untuk memakan chicken nuggets-nya kemudian menampakkan ekspresi berpikir. "Pergi ke kelas acting ... mungkin?" lanjutnya.

Jena memutar bola mata seolah sudah menebak perempuan yang ada di depannya ini akan memberi jawaban tersebut. "Kau memang tidak pernah asik. Sudahlah bagaimana kalau ke Bali?"

"Pasti akan sangat ramai di sana saat akhir tahun."

Jena mendengkus mendapati Aza menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. "Lalu kita harus kemana? Aku tidak mau kita hanya berdiam diri di rumah setelah satu semester ini kita disibukkan oleh tugas-tugas yang menumpuk."

"Aku akan memikirkannya setelah sampai di rumah. "

"Demi apa aku lupa dengan benda itu?! Sepertinya aku memang benar-benar bisa hidup tanpa ponsel."

Mendengar itu Aza hanya bisa menatap Jena dengan malas karena belum sampai lima belas menit yang lalu, Jena bertingkah seperti cacing kepanasan meminta agar ponselnya segera kembali.

Sejak awal bulan lalu, Aza dan Jena menyerahkan ponsel mereka dengan paksa pada Liliana—mama Aza untuk disimpan agar mereka berdua bisa belajar dengan tenang untuk ujian semester awal kuliah mereka.

Setelah selesai menghabiskan menu makan siang, keduanya segera pulang dan berencana untuk menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam kamar dengan ponsel masing-masing setelah beberapa minggu terakhir mereka sangat jarang memegang benda pipih tersebut.

"Zach apa kabar ya?" celetuk Jena tiba-tiba saat mereka baru saja masuk mobil.

Aza mengangkat bahu dengan tangan kanan yang beregerak memasukkan kunci mobil lalu mencoba menghidupkannya. "Sudah punya kekasih mungkin."

"Aku tidak pernah menyangka kita akan masih sesuka ini dengan mereka disaat seharusnya kita sudah bisa melupakan mereka. Maksudku, kita seharusnya lebih fokus dengan kehidupan sekarang."

Setelah berhasil menghidupkan mesin mobil Aza langsung saja melajukannya keluar dari halaman kampus, tidak lupa juga untuk memutar lagu-lagu dari album terbaru Why Don't We.

"Bahkan aku berpikir saat aku sudah menikah nanti, mungkin aku akan tetap menjadi a fangirl. Bayangkan aku melakukan itu bersama putriku nanti. Oh God!"

Aza langsung tertawa mendengar celetukan dari Jena berusan. "Haruskah anak-anak kita nanti terobsesi dengan ayahnya sendiri?" balas Aza.

"Aza! No!" Gelak kejang dari Jena keluar setelah menyadari maksud ucapan Aza barusan.

"Nothing's impossible, baby!" pekik Aza.

✿ ✿ ✿

"Mama!"

"Mama aku butuh ponselku kembali!"

"Ma-" Untung saja pintu terbuka sebelum Aza berniat berteriak lebih kencang memanggil Liliana agar segera keluar kamar.

Liliana keluar dengan bath robes sambil memasang wajah datar karena kebetulan sekali perempuan berusia sekitar empat puluh tahunan itu baru saja ingin merendam diri di bath up miliknya.

"Hari ini adalah hari terakhir ujian, aku minta ponselku kembali," ucap Aza.

"Hanya itu?" Dengan malas Liliana kembali masuk ke kamarnya untuk mengambilkan ponsel milik Aza dan Jena yang memang dititipkan kepadanya sejak awal bulan.

"Ini." Dengan cepat Aza dan Jena langsung mengambil ponsel mereka dari tangan Liliana dengan senyum yang menampakkan gigi putih keduanya.

"Sekarang pergilah, aku butuh ketenangan."

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang