random talk

393 47 27
                                    


"Lihat nanti. Dalam waktu dekat Papa pulang."

Aza mengangguk paham, "Iya. Jangan lupa hadiah untuk semester ini."

Terdengar di sebrang sana Mark tertawa. "Nanti dipikirkan."

Sekarang ikut terdengar gelak dari Aza. Ia kini tengah berjalan menuju kembali ke kamarnya setelah tadi dari kamar Liliana untuk memberitahu jika Mark ingin berbicara.

"Yasudah, kamu sehat-sehat di sana, Papa harus lanjut kerja."

"Okay, bye," balas Aza kemudian langsung menutup telponnya.

Setelah meletakkan ponsel di atas nakas, Aza memilih menyusul Jena yang sekarang sedang ada di balkon dengan laptop kesayangannya. Seperti biasa, jika tidak sedang membaca blog pasti perempuan itu sedang menonton film.

"Kau sudah memberitahu Tante Emely tentang konser?" tanya Aza.

"Sudah."

"Um- Za?" panggil Jena, "sepertinya aku harus ke Malaysia dua hari setelah konser selesai. Aku ingin menemui Papa."

Mendengar itu tentu Aza langsung merasa sedih, dengan berat hati ia kemudian menjawabnya dengan anggukan. Tidak mungkin juga ia harus menahan Jena untuk terus disini. "Okay."

"Anyway, do you remember when Maddie calls us last month?" Aza spontan menjawab dengan anggukan karena ia memang mengingat saat Maddie menghubungi mereka melalui FaceTime.

"Saat itu dia bilang dia pindah bekerja ke salah satu manajemen band dan aku sangat yakin itu adalah Why Don't We," lanjut Jena.

"What?" Aza terkekeh, "Memangnya dia bilang seperti itu?"

"Dia bilang kita akan suka dengan pekerjaannya, dia juga menambahkan jika dia bertemu dengan orang-orang yang kita suka," jelas Jena, "ya, sayangnya saat itu dia tiba-tiba mematikan ponselnya dan meninggalkan kita dengan rasa penasaran."

"I think it could be Why Don't We. She doesn't tell us probably because she knew what is gonna happen if we knew about her job. You know what I mean."

Jena tampak mengangguk paham lalu terkekeh, "Tapi menurutku jika itu memang benar, mungkin kalau kita berkesempatan ke Los Angeles, kita bisa modus pergi ke kantor Maddie untuk bertemu the boys."

Aza tertawa, "Bertemu dengan the boys di kantor itu kemungkinannya lebih kecil dari pada bertemu the boys di jalanan. Mereka tidak akan ada di kantor setiap hari. Lagi pula tidak sembarang orang yang bisa masuk kesana, aku yakin itu."

"Rumit juga ya."

"Duh."

✿ ✿ ✿

"Hey, Daniel!"

Daniel langsung mempercepat jalannya menuju kamar setelah mendapati Corbyn yang menyorakinya dari depan pintu. "Kau mencariku?" Corbyn mengangguk kemudian memberi celah untuk Daniel masuk ke dalam karena memang sudah ditunggu oleh member yang lain.

Jonah yang menyadari kedatangan Daniel, langsung berhenti bermain dengan gitarnya dan menyandarkan benda itu ke meja kecil yang ada di sampingnya. "Aku hanya ingin membahas lagu yang kita tulis tahun lalu itu, sayang sekali jika tidak dilanjutkan."

Semua yang ada di sana otomatis langsung mengalihkan perhatian mereka pada Jonah, termasuk Daniel yang baru datang.

"Aku memang sudah mencoba menulis beberapa lirik, mungkin kalian suka." Zach tampak mengambil sebuah buku tipis dari dalam kopernya lalu memberikannya pada Jonah.

Setelah selesai memahami lirik-lirik itu Jonah langsung mengopernya pada Daniel. "Itu cocok menurutku," tambah Jonah. Corbyn yang kebetulan duduk di samping Daniel juga ikut membaca dan memahami lirik yang kini tengah dipegang oleh laki-laki tersebut.

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang