midnight (kinda) date

276 36 29
                                    


Setelah memutar playlist kesukaannya, Daniel langsung melajukan mobil keluar dari area parkir.

"Nah, kau hanya perlu mengikuti GPS ini." Aza kemudian meletakkan ponselnya pada sebuah penyangga yang tertempel di dashboard mobilnya.

Tidak ingin perjalanan mereka diisi keheningan, Aza kemudian melirik ke arah Daniel dan ingin menanyakan banyak hal pada laki-laki itu. Namun, dia masih merasa sedikit takut, walaupun rasa gugupnya sudah hilang setelah akhir-akhir ini mereka memang mulai sedikit akrab.

"Daniel?"

"Iya?" Tanpa melirik Daniel menjawab panggilan Aza, "Ada apa?"

"Kenapa kau mau ikut denganku ke pantai tengah malam seperti ini? Bahkan kita belum kenal dekat."

Daniel terdiam, kemudian melirik ke arah Aza sebentar lalu tertawa. "Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau ingin menculikku?"

Spontan Aza menghadiahi Daniel satu pukulan di lengannya, "Tentu saja tidak."

"Lalu?"

"Tidak tahu, aku juga bingung. Maksudku apa kau pernah deket sebelumnya dengan seorang penggemar?"

Daniel tampak berpikir, "Um, pernah. Bahkan aku juga pernah bertukar nomor dengan beberapa dari mereka. Aku yakin pada penggemarku, mereka tidak akan berbuat buruk."

Mendengar itu, Aza kembali kecewa karena ia lagi-lagi menaruh harapan lebih pada Daniel setelah apa yang terjadi dua hari belakangan ini. Bahkan Aza belum seberuntung orang-orang yang bertukar nomor dengan Daniel, bisa-bisanya Aza sudah berharap lebih.

"Kenapa kau diam? Tapi jujur aku juga bingung, kenapa aku bisa percaya, kenapa aku mau ikut denganmu, kenapa kita bisa dekat dengan cepat," lanjut Daniel.

"Ya mungkin hanya sekedar kejadian untuk dikenang atau ada maksud tertentu."

"Maksudnya?" tanya Daniel sambil terkekeh.

"Bagaimana kalau akan terjadi sesuatu di antara kita suatu saat nanti?" Aza menatap Daniel dengan dramatis, ini memang hanya candaan yang dia buat agar mereka bisa lebih nyaman jika mengobrol, tidak terlalu kaku.

"Dan ya bisa jadi," Daniel tertawa, "kau mungkin suatu saat nanti akan datang ke rumahku setiap hari untuk memberi makan Kobe dan peliharaanku yang lainnya."

"Maksudnya aku menjadi tukang urus semua peliharaanmu? Yang benar saja." Pernyataan dari Aza barusan lagi-lagi membuat Daniel tertawa.

"Aku suka cara kau tertawa," ucap Aza membuat Daniel kembali meliriknya sebentar lalu perlahan tawanya mulai reda.

"Kenapa?"

"Tidak tahu, aku suka saja."

"Kau selalu menyatakan sesuatu tapi tidak dengan alasannya."

"Tidak semuanya butuh alasan."

"Tentu butuh alasan," bantah Daniel.

"Kau juga tidak punya alasan saat aku tanya kenapa kau mau ikut denganku."

Daniel terdiam, jujur ia juga tidak tahu kenapa dia mau ikut bersama Aza. Tetapi mungkin ini cara yang tepat untuk menghabiskan waktu dari pada berdiam diri di bandara.

"Aku punya alasannya."

"Apa?"

"Agar aku tidak berdiam diri di bandara."

"Halah, bilang saja kau menyukaiku."

"What did you just say, kid?"

Aza langsung tertawa setelah itu, "Just kidding, sir." Lalu ia menepuk-nepuk pelan lengan Daniel yang sekarang sedang memegang stir mobil.

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang