sloppy

204 33 5
                                    


"Hal pertama yang harus kau lakukan adalah berani. Kau juga harus bisa menjaga keseimbanganmu." Aza tampak mengangguk mendengarkan Daniel yang di depannya sekarang tengah berdiri dengan papan luncur yang ia pegang di tangan kirinya. "Yasudah, kau harus coba untuk berdiri di atas papan luncur itu terlebih dahulu."

Dengan rasa percaya dirinya, Aza meletakkan papan luncur itu perlahan ke bawah. Ia sempat melirik papan di depannya itu kemudian melirik pada Daniel secara bergantian. Tiba-tiba saja ia merasa sedikit ragu.

"Kau harus ingat, itu adalah papan luncur pertamaku saat pertama kali belajar skating."

Aza hanya mengangguk, perlahan ia menaikkan satu kakinya ke atas papan. Merasakan papan luncur itu mulai bergoyang, Aza langsung melirik ke arah Daniel.

"Pegang tanganku," pinta Aza.

Setelah Daniel memegang kedua tangan Aza. Perempuan itu menaikan kakinya yang satu lagi dan papan luncur itu semakin mudah untuk bergerak.

"Daniel! Dia bergerak!" Dengan nada cemas yang keluar dari suara Aza, Daniel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tentu saja dia bergerak, bodoh!"

"Kau tidak boleh melepaskan tanganku."

"Kalau aku tidak melepaskan tangamu, bagaimana bisa kau bermain papan luncur?"

"Nothing impossible."

"Aza, yang penting kau bisa menjaga keseimbanganmu. Itu saja dulu."

Pada akhirnya, Daniel tetap melepaskan genggamannya dan membuat Aza sesekali berteriak dengan badannya yang gemetar.

Daniel tidak bisa menahan tawanya melihat itu. "Turunkan satu kakimu untuk mendorong papannya," perintah Daniel, "seperti ini." Daniel lalu langsung mempraktekkannya di hadapan Aza.

Saat Daniel sudah kembali di tempatnya, laki-laki itu lalu menyuruh Aza untuk melakukan perintahnya tadi. "Ayo, Aza. Turunkan salah satu kakimu lalu dorong papannya. It's okay, you can do this."

Mendapat tambahan senyum dari Daniel, Aza langsung terbakar oleh rasa semangat. Ia mencoba menurunkan satu kakinya kemudian mendorong papan luncur itu perlahan. Sejauh itu tidak terjadi apa-apa.

Setelah merasa cukup jauh, Aza kemudian kembali ke tempat Daniel.

"See? It's okay, Aza."

"What next?"

"Try again, but faster."

Aza mengangguk lalu mencobanya lagi, ia mempertajam tatapannya ke arah depan mencoba mengumpulkan rasa yakinnya.

Saat ia merasa sudah sangat yakin, Aza kemudian mendorong papan luncur itu sekuat tenaga.

Saat papan luncur itu bergerak Aza benar-benar kehilangan konsentrasi karena papan itu bergerak sangat cepat. "DANIEL!" pekik Aza.

Daniel langsung mengejar perempuan itu takut terjadi apa-apa. Namun, Daniel tidak bisa mengalahi kecepatan papan luncur itu. Alhasil Aza sekarang sudah jatuh dengan papan luncur yang terus bergerak dan Daniel yang tidak bisa menahan tawanya.

"Jangan menertawaiku, bodoh!"

"Kau yang bodoh!"

"Kau menyuruhku untuk melakukannya lebih cepat! Pantatku sangat sakit, Daniel!" Aza langsung saja merengek sambil memegangi pinggangnya yang sekarang juga terasa sakit.

Bukannya menolong Aza, Daniel lebih memelih menyelamatkan papan luncur yang sekarang berhenti di dekat pohon yang tidak jauh dari mereka. Aza yang melihat itu tentu saja marah dan akhirnya mencoba untuk berdiri sendiri.

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang