at a restaurant

185 29 10
                                    


"So ... uhm,"

Aza spontan menegakkan kepala menatap Daniel yang sedari tadi hanya mengaduk-ngaduk makan malamnya. Laki-laki itu juga terlihat berpikir dan banyak diam.

"It seems like a big problem, Dani. I told you it's okay to not explain it now." Daniel langsung menggeleng mendengar jawaban Aza barusan.

"You okay if we talk about Cynthia?"

Aza memasang wajah bingung dengan suara tawa kecilnya dalam waktu bersamaan, "What do you mean? Why Cynthia? What happened to her?"

Daniel berdeham lalu kembali bersuara, "She's coming to my Mom's house in Portland."

"What it supposed to mean?"

"I got a call from my Mom, she said she miss me cause she's lonely in Portland. Then I came but Cynthia and her parents there with my Mom."

Alis milik Aza itu hampir saja bertaut lalu terdengar tawa bingung dari Aza. "What was she doing there? Daniel, I ain't get it."

"Aza, believe me. I don't even know why she was there. I don't wanna see her anymore."

"So that's the reason why you're lying to me?"

"I can't explain it at that time. I don't wanna make you worried."

Aza berdeham sambil mengalihkan pandangannya. "That doesn't make any sense, stupid. Then what did you do? Are you spend all week with her? I couldn't be more worried."

"I'm sorry, but Portland is her hometown—"

"You spent the whole week with Cynthia, lying to me, then what the heck do you think happened about me? I am fucking worried about you!" Tatapan tajam dari Aza dengan suaranya yang mulai bergetar membuat Daniel terluka begitu saja. Ia tidak bisa menyaksikan Aza seperti ini dengan mengetahui jika ia adalah penyebabnya.

"Aza, I don't do anything there, I just let her to do what she wants—"

"Why?! Why don't you tell her that you already have me?! Why don't you fucking tell her parents?! I- I hate- agh!" Aza menangkap wajahnya dengan kedua tangan yang sudah bergemetar menahan amarah.

Daniel spontan saja mengumpat dalam hatinya saat melihat Aza, Daniel kemudian mencoba menggapai lengan Aza tetapi langsung ditepis oleh perempuan itu.

"It's just hurt when you worried about your boyfriend and have no idea what to do, but he's spending the whole week with his fucking ex that he hated. What was I thinking?"

"Aza—"

"I need to go to the toilet."

Daniel menghela napasnya lalu membiarkan saja Aza pergi ke toilet. Daniel benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang, bahkan ini adalah hari pertama mereka bertemu setelah sekian lama.

Beralih pada Aza, kini perempuan itu tengah berjalan menuju toilet dengan pikiran bercabang karena tiba-tiba saja didatangi oleh perasaan khawatir dari cerita yang disampaikan Daniel barusan.

Beruntung saat di toilet tidak ada orang di sana. Aza langsung bergerak mencuci tangannya lalu memperhatikan pantulan wajahnya di kaca. Matanya memerah karena terus mencoba untuk menahan tangis serta pipinya yang basah.

𝒔𝒕𝒂𝒚 || 𝒅𝒋𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang