Ini adalah cerita sampingan sesaat setelah kejadian di cerita utama ini.
Setelah pertemuan tadi, Lan Wangji dan Wei Wuxian kembali ke Jingshi, sementara Jiang Cheng menumpang ke kamar tamu, maka dirinya juga kembali ke Hanshi.
Kalau dipikir-pikir lagi, ada alasan dibalik setujunya Lan Xichen dalam membantu Jiang Cheng dalam ekspedisi perburuan malam.
Pertama, karena monster berbahaya itu. Kedua, karena hutang balas budi.
Apa? Lan Xichen berhutang pada orang?
Jangan menyalahkan dirinya, bahkan seorang Lan seperti Lan Xichen juga tak sesempurna seperti yang dilihat orang lain dari sekilas.
Lembut namun tegas, berwibawa dengan tutur kata halus, sopan dan berbekal budi pekerti, diberkahi keelokkan hingga dijulukki sebagai pria tertampan seantero dunia kultivasi, membuat Ketua Sekte Lan tersebut hanya membawa semua itu dengan rendah diri dan penuh senyum.
Namun ada kalanya kelebihan tersebut membuatnya terjerembab ke dalam permainan orang lain, membuatnya yang tak bersalah jadi ikut masuk ke dalam sarang permasalahan.
Kenyataan pahit harus ditelan penuh sukarela ketika mengetahui bahwa Jin Guangyao yang membunuh Nie Mingjue, membuatnya terpukul hebat.
Ia tak habis pikir. Ketiganya sudah menjadi saudara sesumpah, jadi sudah seharusnya saling melindungi satu sama lain.
Tapi kenapa... Kenapa malah harus saling membunuh satu sama lain?
Nie Mingjue dibunuh oleh Jin Guangyao, lalu Lan Xichen pun yang membunuhnya.
Siklus persaudaraan yang mengerikan.
Masih terngiang pernyataan orang itu di pikiran. Perasaan bersalah yang menyedihkan berkabung di dalam dada. Sesak yang tak bisa dikeluarkan dengan benar lagi.
Penderitaan di jalan hidup ini telah pahit sudah.
Apakah karena dirinya yang mudah terpengaruh atau memang bodoh dalam menilai orang, ia tak tahu lagi mana yang benar.
Tapi yang pasti takkan menghapus efek yang ada: Lan Xichen merasa bersalah atas kematian kedua saudara sesumpahnya.
Akibatnya, Lan Xichen hampir membunuh dirinya sendiri dengan memainkan lagu kematian yang terlarang.
Betapa payah dirinya. Mencoba untuk bunuh diri tapi tetap tak bisa mati semudah yang dipikirkan.
Ternyata, ajal tak bisa diraih sebegitu gampangnya.
Hanya adiknya dan sang suami yang tahu mengenai upaya percobaan tersebut. Bahkan pamannya sendiri mungkin akan jantungan jika mengetahui soal ini.
Setelah percobaan bunuh diri, Lan Xichen pergi mengasingkan diri di Menara Paviliun terjauh dari Cloud Recesses.
Menenangkan diri dan merenungkan semuanya. Introspeksi diri akan penyesalan hidup yang mendalam. Semuanya telah lelaki Lan tersebut lakukan agar memperoleh secercah harapan-untuk hidup demi dirinya sendiri dan sekte yang ia naungi.
Namun nihil.
Bahkan walau Lan Wangji mencoba menghiburnya sekali pun, perasaan bersalah itu masih menghantui walau dia mencoba untuk memejamkan mata.
Dan begitu seterusnya, bayangan kesedihan dan melankoli tertancap di dalam hati Lan Xichen yang menjauh sejenak dari dunia.
Tanpa diketahui oleh yang bersangkutan, sang adik khawatir dan diam-diam sedih dengan keadaan kakaknya yang terpuruk.
Wei Wuxian, sang suami tercinta yang menyadari kalau dia terlihat lebih diam dan melamun dari biasanya pun mencoba bertanya dengan lembut.
"Lan Zhan. Apa ada masalah? Lan Wangji~ Lan Er Gege, jangan sedih, dong~"

KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Lotus Diary
FanfictionCanva Cover Fanarts included in the books goes back to its respective creators! [Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...