Langit senja semakin mendung diiringi angin muson bermigrasi bersama para hewan. Pegunungan terlihat sedikit gelap sehingga beberapa desa menyalakan api demi menerangi rumah dan pekarangan. Demikian juga dengan Cloud Recesses, terlihat sudah banyak lentera sebagai penerangan di seluruh sudut kompleks.
Beberapa warga mengeluhkan dinginnya udara walau musim gugur baru dimulai, tapi selama sekte masih membantu mereka, maka tidak ada masalah meski suhu menurun lebih daripada biasanya.
Begitu juga dengan pemikiran Lan Wangji.
Dia tidak sungkan akan masalah kecil tersebut; karena itu bisa diatasi dengan beberapa metode yang telah bekerja selama musim di Gusu berlangsung terutama di musim dingin yang ekstrim. Namun masalah utama di urusan ini adalah kakaknya.
Setelah hari kunjungan Jiang Cheng, Lan Xichen kembali bermuram durja, bahkan menghabiskan lebih banyak waktu dan pekerjaannya di dalam ruang pribadi. Semua orang kembali terheran mengapa ketua sekte mereka kembali bersedih, kecuali Lan Wangji dan Wei Wuxian.
Karena mereka tahu inti masalah dari perdebatan kala itu.
Untuk sekarang, Lan Wangji harus menghibur sang kakak. Setidaknya ia mesti mengurus Lan Xichen; sama sepertinya ketika depresi akan kematian Wei Wuxian. Jika memang harus begini, ia dapat mengatasi sedikit beban untuk dipikul.
Sambil mengakhiri dialog sanubari, Lan Wangji berjalan menuju ke arah Hanshi dengan nampan berisikan satu teko teh, cangkir, mangkok berisikan bubur herbal, dan sepiring kue beras merah.
Melewati lorong luar dan memasukki pekarangan, Lan Wangji berhenti ketika memperhatikan seseorang.
Lan Xichen duduk di sisi lain kediaman. Pria Gusu tersebut hanya duduk di tepi beranda kayu, seorang diri dan tidak memakai jubah bulu sama sekali. Warna rupa begitu pucat nan sendu. Kain yang membalutnya semalam tidak diganti sama sekali. Begitu terlihat menyedihkan dan memalukan, tapi dia terlihat tidak peduli.
Lan Xichen hanya ingin sendiri sembari memandang senja lembayung penuh pesona.
Melihat kondisi nestapa sang kakak, Lan Wangji segera mendekat.
"Xiong Zhang."
Lan Xichen tidak mendengarnya sama sekali dan hanya tetap melamun memandang ke langit jingga berungu.
Lan Wangji coba menyahut sekali lagi.
"Xiong Zhang."
Barulah Lan Xichen tersadar dan perlahan menoleh.
"Ah, Wangji. Kau datang."
Senyuman tersebut begitu terasa dipaksakan. Lan Wangji hanya bisa mengangguk pelan dan berkata, "Aku bawakan bubur. Xiong Zhang makanlah."
Lan Xichen menolak halus. "Wangji, nanti saja. Aku tidak lapar— "
Wajah gelap bak talenan mencerminkan Lan Wangji ingin kakaknya makan sekarang juga.
Dengan komikal, Lan Xichen tersenyum garing. "Baiklah, taruh saja di situ."
Sang bungsu menaruh nampan berisikan hidangan dan berdiri masuk ke dalam sembari kakak sulungnya mulai makan di beranda.
Lan Wangji melihat ke sekeliling. Seluruh kamar sudah tidak rapi. Bahkan debu sudah bersarang di setiap sudut.
Diantara tampak kacau dan tampak berantakan.
Dengan segala ketelatenan yang dipunya, Lan Wangji mulai membersihkan kamar pribadi lan Xichen dan ruang kerja tak luput dari pembersihan.
Kotoran dan debu musnah akan keterampilan Giok Lan kedua sampai tanpa terasa satu setengah jam berlalu. Hari mulai gelap, pukul setengah delapan malam waktu setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Lotus Diary
Fiksi PenggemarCanva Cover Fanarts included in the books goes back to its respective creators! [Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...