42.5 - Willow Flower Flying Towards Lotus Field

420 48 4
                                    

Ini adalah sisi lain dari cerita pertemuan klan Bai Zhan ke Yunmeng untuk menemui klan Jiang, dibintangi oleh Liu Mingyan yang saat ini sedang mengurus perlengkapan untuk pergi ke Yunmeng. Dan tidak, dia tidak memakai cadarnya karena habis mandi.

Sebenarnya ia tahu ini akan terjadi, tapi tidak diindahkan sejak lama.

Keluarga Liu merupakan keluarga yang terkenal memilikki reputasi bagus di mata masyarakat. Keturunannya diberkahi kekuatan dan kecerdasan dalam bertarung serta kultivasi. Dan tentu saja seperti keluarga lainnya, pernikahan berlaku bagi mereka. Jika seorang anak sudah cukupumur tapi belum menikah, maka ada dua kemungkinan; mencari pasangan sendiri atau dijodohkan oleh pihak ketiga.

Dan sekarang Liu Mingyan mendapatkan yang kedua. Seorang ketua sekte dari Yunmeng ingin berkenalan dengannya. Jika mereka cocok dan setuju, maka resmi bagi mereka untuk naik ke tahap pernikahan.

Sebenarnya, Liu Mingyan tidak terlalu mengurusi soal ini, tapi karena ia sendiri ada alasan tersendiri.

Dari kakaknya, ia berkenalan dengan Jiang Cheng saat datang ke Bai Zhan waktu pertukaran banding. Seorang lelaki yang cukup sebaya dengan kakaknya, bersifat mirip seperti pinang dibelah dua, bahkan senang bertarung jika ditantang. Sebagai kenalan dan saling hormat, itulah status antara keduanya. Bahkan tidak ada ada indikasi pria sekte ungu itu menyimpan hati untuknya.

Tapi sekarang, kenalan itulah yang meminta tangannya dalam mak comblang akan kandidat pasangan Jiang Cheng.

Fakta itu saja sudah membuat kening halusnya bergerut samar; tahu kenyataan kalau pria tersebut tidak ingin menikah.

Jadi untuk menyelidiki alasan sebenarnya, Liu Mingyan menyetujui undangan perkenalan yang dikirimkan oleh sang pria bergelar Sandu Shengshou.

Sebuah ketukan membuyarkan pemikiran wanita muda yang tengah duduk di kasur. “Mingyan. Kau di dalam?”

Liu Mingyan segera beranjak untuk cepat membuka pintu geser kamar tidurnya.

Di hadapan kamar, ada seorang pria berambut panjang, pinggangnya tergantung Cheng Luan dengan pasti.

“Gege. Sudah pulang?”

Liu Qingge mengangguk dan melihat keadaan ranjang adiknya. “Untuk ke Yunmeng?”

Wanita muda mengangguk saat melirik juga ke arah kasur dan kembali menatap padanya.

“Bagaimana dengan rapat tadi? Apakah lancar?”

Liu Qingge mengangguk sekali lagi dan bertanya, “Lancar saja, dan soal itu… Boleh Gege masuk?”

Dipersilakan masuk, mereka duduk di tempat duduk bawah sambil Liu Mingyan menantikan bicaranya sang kakak laki-laki.

“Mingyan, kau tidak apa-apa kalau ke sana?”

Ah, kakaknya ini terlalu banyak khawatir. Sudah biasa.

“Aku tidak masalah soal itu. Lagipula ini hanyalah perkenalan saja.”

Liu Qingge terdiam seperti sedikit ragu bertanya lagi.

Wanita itu menyeletuk pelan, menelengkan kepala. “Gege… tidak percaya padaku?”

Lelaki Bai Zhan itu melambaikan tangannya tanda klarifikasi.

“Bukan, bukan. Tentu aku percaya. Tapi soal Tuan Jiang meminta dirimu sebagai kandidat calon istri…” Tangannya berada di jari sambil berpikir. “Bukankah dia bilang padaku kalau dia tidak mau menikah dulu?”

Itulah yang Liu Mingyan cari. Ia ingin tahu kenapa sampai Jiang Cheng repot-repot meminta tangannya dalam sebuah pernikahan, apalagi di atas alasan politik dan aliansi antara Liu - Jiang.

“Aku juga ingin tahu soal itu, Gege,” ujarnya sambil menunduk lalu mendongak padanya, “tapi, Tuan Jiang pasti punya alasan tersendiri untuk itu. Makanya Shimei ini akan mencoba melihat situasi apa yang dialaminya.”

Penjelasan itu membuat Liu Qingge tertegun sebelum tangan besarnya mengelus puncak kepala sang adik.

“Kau bijak sekali.”

Senyum tipis menyungging dengan dengusan singkat. “Sekarang Mingyan sudah dewasa.”

Liu Mingyan menyunggingkan senyum lembut. “Karena aku punya Gege yang hebat.”

Pria itu melepaskan kepalanya dan berdiri disusul saudari yang mengikuti sampai ke depan pintu kamar.

Liu Qingge hendak keluar sambil menoleh padanya. “Kalau begitu, Gege istirahat dulu.”

Liu Mingyan mengangguk sebelum teringat akan sesuatu.

“Oh, iya!”

Sang kakak membeku saat pertanyaannya tak terduga.

“Bagaimana dengan pernikahan Master Shen dan Luo-shidi?”

Mereka sudah dapat undangan pernikahan Shen Qingqiu dan Luo Binghe sejak kemarin lusa, dan tanggalnya sudah ditentukan pada hari baik.

Liu Qingge diam terpaku sebelum hanya mengelus kepalanya dan pergi tanpa menjawab.

Hal itu membuat Liu Mingyan bungkam bingung akan sikap sang kakak laki-laki.

“Gege kenapa, ya?” Lalu ia teringat lagi.

“Ah, bajuku! Aku harus cepat menyiapkan.”

Dengan ditutup pintu kamar tidur si bungsu keluarga Liu, berakhirlah selingan cerita ini.

.
.
.

====================

I really am burnout but also lazy again. I'M SO SORRY IF ITS TOO LATE.

I have some upcoming projects so I have to focus more on there. Also the self-care routine. I need to do that so I can feel relaxed and not pressured. Hope you guys can wait until next week fo update.

As usual, thank you for the views, votes, and leave the comments so I an know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer. Check out my other fanfics stories on the profile, too!

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Purple Lotus DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang