Keesokkan harinya.
Kembali kepada pagi hari setelah semalam, Lan Xichen dan Jiang Cheng hanya berjalan bersama tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Entah mengapa, seperti tidak ingin berbicara lebih lanjut atau mencari topik basa-basi.
Lagipula, hal seperti itu tidak cukup memuaskan.
Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai di ruang makan.
Jiang Cheng duduk berseberangan dengannya dan memperhatikan hidangan yang ada. Sup akar teratai—seperti yang ia janjikan, telah tersedia agar makanan tersebut dimakan oleh Lan Xichen.
Entah mengapa saat ini heningnya agak mengganggu, namun Jiang terakhir tersebut tak mengindahkannya sekali lagi.
Instingnya selalu terlalu waspada, jadi harus bisa menyortirnya lagi jika sekelilingnya sudah terlihat aman.
Sembari mereka berdua memulai makan dalam diam, Jiang Cheng mendengar seperti sahutan bising dari halaman depan.
“Hm...? Suara siapa itu?” Langsung saja, ia berdiri dan bergegas ke arah luar bangunan.
Lan Xichen yang tengah menyantap sup akar teratai yang kini menjadi favoritnya ikut menoleh, sebelum mengikuti dari belakang.
Ketika sampai di halaman depan, mereka melihat kalau Wei Wuxian dan Lan Wangji yang mengunjungi. Keduanya menyusuri sungai dengan perahu yang disewa sebelum tiba di gerbang depan Lotus Pier.
Wei Wuxian melambai girang. “Jiang Cheng!~ Kami datang berkunjung~”
Muka pria Yunmeng tersebut langsung berubah malas.
Biang keladi datang berkunjung lagi. Merepotkan.
Lan Xichen hanya berkedip pelan. Dia kira ada keributan apa. Rupanya sang adik kandung datang bersama pasangannya.
Ada apa mereka kemari? Apakah ada masalah di Gusu?
Kepalanya berpikir demikian, sebelum melirik ke arah Jiang terakhir. Sejenak, dia menyadari satu hal yang penting.
Astaga. Bekas cupangnya!
Lan Xichen langsung menatap agak kaku pada Jiang Cheng, yang tengah berwajah masam dan teralihkan kepada saudara mereka. Ia dan leher putihnya yang memiliki bercak kemerahan terlihat sangat masih baru, sehingga siapa pun pasti bisa melihat dengan mata telanjang.
Otak Lan Xichen serasa berputar begitu cepat sepuluh kali lipat. Dengan cara apa dia harus memberitahu Jiang Cheng agar menutup lehernya?
Apakah mengatakan kalau digigit oleh nyamuk dapat membantu menutupi kesalahan? Tapi itu juga menjadi sebuah kebohongan dan penipuan! Seorang Lan tidak boleh melanggar aturan. Jadi aku harus bilang apa pada Jiang-Zhongzhu?
Tidak ada waktu lagi, bagaimana ini? Apa yang harus Lan Xichen lakukan sekarang?
Sementara dia berpikir, Wei Wuxian sudah menerobos masuk ke dalam bangunan dengan tidak kalem. Mulutnya sudah berisik dan memecah keheningan tempat dimana mereka disambut oleh keduanya.
“SHIMEEEIIII~~ Aku pulan—Eh, ada Zewu-jun!”
Dengan cepat Wei Wuxian memberikan salam hormat kepada sang kakak ipar.
Lan Xichen tersadar begitu cepat dengan senyuman dan mengangguk, berusaha menetralkan ekspresinya seperti biasa. Padahal sekarang ini pikirannya sedang kalang kabut mencari jalan keluar.
Terlihat di belakangnya, Lan Wangji menyusul dengan kalem sambil membawa Bichen di samping pinggang. Ia menyusul suaminya yang sudah masuk dahulu ke dalam ruang makan demi mencari sang adik ipar angkat, yang ternyata sedang sarapan dengan kakak kandungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Lotus Diary
FanfictionCanva Cover Fanarts included in the books goes back to its respective creators! [Keseharian Jiang Cheng sebagai Pemimpin Sekte Jiang di Yunmeng berjalan seperti biasa dan normal. Sudah semestinya begitu, dan hanya itulah yang ia inginkan selain meng...